IMG-20160621-WA0001 IMG-20160621-WA0005

Blitar, Beritamadani.co.id – Pementasan Teater di Haul Bung Karno,20 /6/2016,bertempat di Amphytheater Perpustakaan Proklamator Bung Karno, mulai Pukul 20.00 Wib. sampai dengan Pukul 23.00 Wib. Berjubel sekitar 500 undangan dari Perwakilan Tokoh Masyarakat Kabupaten dan  Kota Blitar. Para undangan asyik, serius, santai menyaksikan Pementasan Teater dari Bale Agung Bali, yang malam ini menggelar kisah sejarah: “Kisah Cinta Raden Sukemi Dan Nyoman Rai Srimben Yang Melahirkan Putra Sang Fajar”. (Ir. Sukarno, red).

Dr. Suyatno, Kepala Perpustakaan Bung Karno, sebagai panitia penyelenggara menyatakan kepada Awak Beritamadani.co.id bahwa,:  “Acara ini terselenggara dalam rangkaian  Acara  Peringatan Haul Bung Karno Tahun 2016, yang didukung oleh Pemda. Kabupaten Blitar dan Kota Blitar. Hadir tamu undangan dari berbagai elemen masyarakat, 500 orang, memadati arena terbuka Amphytheater Perpustakaan Bung Karno. Hadir tamu perwakilan dari Pemda. Tulungagung, Budayawan Kediri dan beberapa kota lain di Jawa Timur. Selain itu, yang istimewa malam ini, hadir pula perwakilan dari Jakarta dari Keluarga Bung Karno, juga rawuh. Yakni seorang Putri Sang Proklamator, Ibunda Sukmawati”, demikian pernyataan Dr. Suyatno.

Dalam sambutannya, Ibu Sukmawati menyatakan terimakasih kepada semua yang hadir. “Mulai Tahun , saya datang melangkah ke Blitar sini, dalam rasa sedih, senang campur aduk dan terharu sekali disini, nama bapak saya (Bung Karno, red) sangat dihormati. Dan seperti malam ini, rasa yang campur aduk goresan bahagia nan sendu itu kembali hadir, bersama anak-anak negeri yang malam ini datang dari berbagai Wilayah NKRI, negeri yang telah diproklamirkan bapak saya dan Bapak Bangsa besar ini…”, tepuk tangan meriah dari hadirin membahana, suara itu menggelegar menembus Langit Blitar yang malam ini cukup cerah.

“Terimakasih kepada semuanya, Kepada Kepala Perpustakaan Bung Karno, kepada semua yang hadir, khususnya kepada 80 an Awak Pendukung Teater Bale Agung Bali, yang malam ini menggelar kisah yang sangat bersejarah yang melatar belakangi lahirnya Putra Sang Fajar…”, Kembali tepuk tangan hadirin membahana.  “Terimakasih kepada semua dan mari kita saksikan bersama kisah ini”.

IMG-20160621-WA0004

Dalam Pentas Teater dari Pure Bale Agung Bali (Keluarga besar tempat lahir dan dibesarkannya Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, Ibunda Bung Karno, red), Kisah ini dimulai pada sekitar Tahun 1890 an, pada saat Raden Sukemi Sosrodihardjo, seorang Raden dari Trah Keturunan Kanjeng Sunan Kalijaga dan Panembahan Senopati , mendapat tugas dari Pemerintahan Belanda untuk mengajar di Sekolah Rakyat (SR)1 Singaraja (Kini namanya SDN 1 Paket Agung, Bali, red).

R.Sukemi jatuh cinta pada pandangan pertama, kepada gadis Penari Rejang (Tarian Sakral di upacara Adat, Agama Hindu Bali, red) di Pura Agung Buleleng, Bali. Nama gadis itu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, yang juga Seorang Darah Biru Keturunan Raja Singaraja Bali.

Pada saat R. Sukemi melihat gadis itu, seakan cahaya surga langsung memancar dari penari itu. Spontan saja naluri kejantanannya langsung bereaksi dan sekuntum Bunga Kamboja Merah Bali di lempar tepat menggantung di kemben gadis pujaan, dan sang gadis juga merasakan energi aneh telah menggairahkan seluruh badan dan jiwanya. Pasangan itu rupanya telah saling jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Maafkan kelancanganku telah berani menulis surat ini kepada adinda”. “Karena sejak pertemuan di Pure Bale Agung itu, aku tidak bisa berpaling dari wajah Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, bahkan semalam adinda telah hadir dalam mimpiku”.”Karena itu aku ingin lanjutkan hubungan batin ini kejenjang pernikahan bahagia abadi seperti kisah Rama dan Shinta”.” Aku berharap Adinda Nyoman Rai Srimben bersedia mendampingi tugas hidupku selanjutnya”.” Sekian suratku, terimakasih”. “Salam Hormatku R. Sukemi”. Demikian tafsir surat cinta yang ditulis dalam Bahasa Jawa Bali itu, yang sebagaimana Peribahasa Pucuk di Cinta Ulam Tiba, mereka yang lagi kasmaran itu langsung menikah tanpa restu keluarga. (Kawin lari, red).

“Mengapa harus kawin lari?”. Inilah kisah yang pro kontra yang telah menghebohkan keluarga besar Pura Bale Agung Bali. Kedua insan itu sebenarnya lahir dari keluarga darah biru. Dididik dengan sangat ketat oleh aturan agama dan adat yang kuat. Dididik budi pekerti yang luhur demi menjaga trah suci leluhur.

Perlu diketahui bahwa antara R.Sukemi yang asli Jawa beragama Islam Jawa dengan Tradisi Jawa kental. Sementara Ida Ayu Nyoman Rai Srimben adalah Putri Bali dengan Adat Bali yang kental Ajaran Hindu Bali dari keluarga pemuka agama. Memang tidak boleh gadis seperti itu dinikahi oleh orang luar. Gadis keluarga Pure hanya untuk keluarga Pure, inilah penyebabnya.

Adat yang telah turun temurun dijaga keluarga besar pemangku adat tapi telah menghalangi cinta suci mereka. Akhirnya mereka sempat ditahan dan disidang oleh Pemerintah Belanda yang dihadiri Keluarga Besar Pure Bale Agung Bali. Proses pengadilanpun berjalan dan diputuskan oleh Pemerintah Belanda untuk dijatuhi hukuman denda 25 Ringgit saat itu. Dan Keluarga Pure tidak terima karena mereka pada dasarnya tidak salah karena telah saling mencintai. Dan hukumannya hanya hukuman moral. Yakni mulai saat itu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben diminta pimpinan lembaga adat untuk selanjutnya mengikuti saja adat dan agama suaminya dan harus keluar dari kediaman Pure Bale Agung. Tapi demi cinta, “Kami berdua sanggup mentaati peraturan yang ada, kami sanggup menanggung konsekuensinya”.  Akhirnya denda dibayar dari hasil menjual perhiasan Nyoman Srimben. Dan hukuman adatpun diterima dan sejak itu pasangan kekasih tersebut keluar dari Pure Bale Agung, menempati rumah tua yang sempat roboh dimakan usia. Rumah Pan Sedan Mertia seorang Bekel Banjar Pahetan. Dari rumah tua ini Lahir anak pertama mereka Roro Sukarmini.

Pada Tahun 1900 M, Keluarga ini boyongan ke Surabaya karena Pemerintah Belanda memindah tugaskan R. Sukemi mengajar di Surabaya. Pada Tanggal 6 Juni 1901 M, lahirlah bayi lelaki dengan nama R. Kusno (Nama kecil Ir. Soekarno, red). Selanjutnya keluarga ini pindah lagi ke Mojokerto, Tulungagung, Kediri, mengikuti tugas sebagai pendidik. Terakhir, sampai dimasa tua keluarga ini menetap di Blitar, di rumah Keluarga Kakaknya R. Sukemi (Sekarang tempat ini bernama Istana Gebang, red).

R.Sukemi wafat pada Tanggal 18 Mei 1945 dan menyusul kemudian seorang ibu yang sangat berjasa turut serta mengikuti Masa Proses Soekarno Membidani Lahirnya NKRI, Ibu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, wafat pada Jumat Kliwon 1958. Kedua beliau dimakamkan di Komplek Pemakaman Umum Sentul Blitar. Dan sekarang (Sejak Tgl 21 Juni 1970, red) makam beliau berdua mengapit pusara putra sang Fajar, yakni Sang Proklamator, Pemimpin Besar Revolusi, Presiden RI. yang pertama Ir. Soekarno.

“Selamat jalan Pahlawanku, selama NKRI masih berdiri, namamu akan di kenang sepanjang masa – sepanjang generasi. Dan kisah kalian adalah cermin kemurnian cinta kasih sejati yang penuh warna –  di Bhumi Khatulistiwa”. Ungkapan puitis Bondan Pelukis, salah seorang Seniman Blitar yang telah berjasa memboyong Teater Bale Agung Bali Pentas di Bhumi Bung Karno. “Terimakasih Bung!”. (Wasis/Titik Marlina)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Piuning Ke Tempat-Tempat Suci Menandai Awal Di Mulainya Prosesi Tumpeng Agung Nusantara 5
Next post Mediasi Pertama Antara Warga Madyopuro, Kementerian PU Dan P2T Kota Malang Gagal