IMG-20171016-WA0072 IMG-20171016-WA0078

Blitar, Beritamadani.co.id – Tanah Jawa mempunyai adat dan budaya yang sangat luhur. Salah satunya adalah Ruwatan atau Murwokolo. Sebagian orang meyakini bahwa dengan melaksanakan Ruwatan bisa membersihkan badan dari pengaruh negatif (sukerto).

Kasepuhan Budhi Luhur yang dipimpin oleh Ki Purnomo melaksanakan Ruwatan Masal di Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Selain warga sekitar, banyak juga peserta ruwatan dari luar wilayah seperti Kediri, Tulungagung, Malang, Ponorogo, Surabaya dan lainnya. Acara ruwatan masal ini dilaksanakan pada Hari Minggu, 15 Oktober 2017, mulai Pukul 10.00 WIB sampai dengan Pukul 15.00 WIB.

Ruwatan masal ini dikemas dengan Pagelaran Wayang Murwokolo, ditengah adegan pewayangan, sebagai simbolis salah satu peserta ruwatan di ruwat oleh sang dalang dengan cara mempercikan air suci (percikan air suci tersebut sebagian untuk membasuh muka dan sebagian untuk diminum) kemudian memotong rambut sebagai tanda membuang sukerto setelah itu dalang melanjutkan adegan pewayangan sampai selesai.

IMG-20171016-WA0073 IMG-20171016-WA0074

Saat dikonfirmasi Awak Beritamadani.co.id, Ki Romo Lukmin sebagai dalang Kondo Buwono atau dalang ruwatan memaparkan, “Upacara Adat Jawa Ruwatan atau Murwokolo. Murwokolo maksudnya membersihkan diri bagi manusia atas noda atau kotoran yang ada dalam manusia. Kriteria orang yang harus di ruwat termasuk sial, sebel dan orang yang berbuat kotor. Figur atau tokoh utama dalam ruwatan adalah Bathara Kala. Bathara artinya energi, sinar atau cahaya. Buta artinya gelap. Kala artinya waktu. Orang yang dimangsa oleh Bathara Buta Kala yaitu orang yang lagi diwaktu mengalami sesuatu yang tidak enak, sengsara, celaka dan sebagainya”.

“Bathara Kala asal usulnya dari seorang laki dan perempuan yang berhubungan intim di waktu yang tidak tepat dan di tempat yang tidak layak sehingga menghasilkan suatu hal yang tidak baik dan mengganggu manusia maka harus dinetralisir agar bisa jinak. Buta Kala tidak dibunuh tapi dinetralisir atau dinetralkan supaya harmonis dengan manusia yang mempunyai kotoran (nandang sukerta, jawa)”.

“Kriteria orang yang harus di ruwat antara lain:

  1. Ontang anting maksudnya anak tunggal (laki-laki atau perempuan).
  2. Gedono Gedini maksudnya anak laki-laki dan perempuan.
  3. Uger-uger lawang maksudnya 2 anak laki-laki.
  4. Kembang sepasang maksudnya 2 anak perempuan.
  5. Sendang kaapit pancuran maksudnya anak laki-laki, anak perempuan, anak laki-laki.
  6. Pancuran kaapit sendang maksudnya anak perempuan, anak laki-laki, anak perempuan.
  7. Gotong mayit maksudnya 3 anak laki-laki semua / 3 anak perempuan semua.
  8. Sarombo srimpi maksudnya 4 anak laki-laki semua / 4 anak perempuan semua.
  9. Pendawa pendawi maksudnya 5 anak laki-laki semua / 5 anak perempuan.
  10. Tibo sampir maksudnya bayi yang lahir kebetulan bersamaan dengan adanya pagelaran wayang yang sedesa. Itu dinamakan lahirnya menyamai dengan wayang sehingga anak itu dianggap dalam kategori orang yang tidak wajar seperti manusia biasa. Sehingga bayi itu harus diserahkan kepada dalang harus diemban oleh dalang sambil ndalang.
  11. Orang yang pernah njebolne wajan, memecahkan kuali, memutuskan munthu (uleg-uleg) dan merusak alat dapur dengan tidak sengaja”.

IMG-20171016-WA0076 IMG-20171016-WA0080

“Buceng maksudnya memberi tahu kepada makhluk-makhluk yang derajatnya di bawah manusia atau di atas manusia. Ada beberapa buceng dalam ruwatan anatara lain:

  1. Buceng wulung / buceng panggang banteng maksudnya memberitahu kepada yang menjaga Gunung Kelud agar beliau tidak menimbulkan bencana-bencana yang mencelakakan orang yang diruwat.
  2. Buceng mas maksudnya memberitahu kepada yang di selatan yaitu Mbok Ratu Mas atau Nyi Roro Kidul karena diyakini bahwa Nyi Roro Kidul mempunyai anak buah atau prajurit yang nakal yang kadang ada binatang yang datangnya tidak wajar seperti hama, tikus yang diyakini bahwa yang menggembala dari selatan. Supaya beliau bisa mengendalikan anak buahnya beliau dihormati (bukan disembah) agar tanaman lepas dari hama, ternak lepas dari penyakit (mati secara mendadak dalam jumlah yang banyak). Kita saling menghormati sesama makhluk Tuhan.
  3. Buceng Moncowarno maksudnya kita hidup ini sebenarnya ada yang menemani yaitu kekuatan energi yang namanya sedulur papat, lima pancer seperti yang berwujud nafsu supiah (selalu bertindak suci tapi diluar batas), nafsu amarah (selalu marah yang diluar batas), nafsu aluamah dan nafsu mutmainah (menyebabkan perlakuan manusia tidak sempurna). Maka harus dikendalikan agar persentasenya imbang sehingga manusia sempurna. Kalau kita tidak bisa mengendalikan energi itu maka kita termasuk rugi atau celaka. Sedulur papat merupakan suatu benda yang lahir bersamaan dengan manusia yaitu air ketuban, darah, lendir dan ari-ari yang harus kita hormati karena sejak dalam kandungan kita sudah berhutang budi. Pertumbuhan perkembangan bayi di dalam perut juga atas bantuan saudara 4 itu tadi.
  4. Buceng merah yang merupakan lambang api maksudnya memberitahu kepada dewanya api. Api mempunyai kekuatan untuk membasmi atau menghabiskan kotoran-kotoran.
  5. Buceng panggang maksudnya kekuatan sang dalang juga diberitahu agar membantu dalam melaksanakan pewayangan.
  6. Buceng putih, kuning, putih merupakan lambang asal mula manusia (sangkan paraning dumadi) kalau putih lambangnya suci atau sonya, kuning lambangnya ada. Jadi manusia awalnya tidak ada kemudian lahir menjadi ada kemudian mati menjadi tidak ada lagi”, pungkas Ki Romo Lukmin mengakhiri pemaparannya.

IMG-20171016-WA0077 IMG-20171016-WA0075

Kegiatan ini merupakan upaya melestarikan Adat dan Budaya Jawa. Diharapkan kita jangan sampai lupa akan adat dan budayanya. Wong Jawa ojo lali Jawa ne. (Widya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Peresmian Sanggar Pamelengan Paguyuban Kasepuhan Jawa Budhi Luhur
Next post Warga Madyopuro Malang Hadiri Sidang Gugatan Ganti Rugi Lahan Tol Mapan di PN Jaksel