Blitar, www.beritamadani.co.id – Lembaga Pelindung Pelestari Budaya Nusantara (LPPBN) mengadakan upacara ritual Jamasan di Patirtan Panguripan Candi Palah Penataran Blitar pada Jum’at, 24 Juni 2022, mulai Pukul 15.00 WIB sampai Pukul 16.30 WIB. Jamasan ini merupakan rangkaian pra acara sebelum acara puncak yaitu Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong-Royong ke-XI pada 27 Juni 2022.
Acara Jamasan diawali dengan upacara ritual yang dipimpin oleh Ki Romo Lukmin kemudian dilanjutkan dengan memercikkan air suci dari beberapa patirtan yang ada di Kediri, Tulungagung dan Blitar yang sudah dicampur menjadi satu ke semua peserta jamasan kemudian dilanjutkan dengan mandi menggunakan air mengalir di Patirtan Panguripan.
Saat dikonfirmasi awak www.beritamadani.co.id, Ki Aris Sugito selaku Ketua LP2BN menyampaikan, “Jamasan ini adalah sesuatu hal yang kita lakukan atau etika, toto kromo kita kepada alam semesta atau leluhur. Sebelum kita ada acara besar kita melakukan bersih diri. Khusus untuk hari ini yaitu jamasan panitia Kirab Tumpeng Agung Nusantara beserta rangkaiannya. Rangkainnya antara lain Lomba Sesaji pada 25 Juni 2022, Ruwatan Masal pada 26 Juni 2022 dan Kirab Tumpeng Agung Nusantara pada 27 Juni 2022”.
Acara Kirab Tumpeng Agung Nusantara merupakan acara tahunan yang diadakan oleh LP2BN dan melibatkan seluruh anggota LP2BN yang ada di Nusantara ini. Namun khusus untuk panitia diambil dari segitiga emas yaitu Kediri, Tulungagung dan Blitar.
Ditempat terpisah awak www.beritamadani.co.id menemui Ki Romo Lukmin selaku pemimpin upacara ritual jamasan. Ki Romo Lukmin menyampaikan, “LP2BN mempunyai agenda rutin tahunan setiap tanggal 27 Juni yaitu mengadakan upacara Kirab Tumpeng Agung Nusantara yang diawali dari atur piuning (memohon tirta suci kepada Tuhan Yang Maha Esa yang ada di tempat itu, red) yang didatangi yaitu situs-situs tempat peninggalan nenek moyang seperti Candi Kotes, Candi Rambut Monte, Candi Lwang Wentar, Candi Simping, Candi Wleri, Candi Kali Cilik, Candi Palah Penataran kemudian Makam Bung Karno. Di situ memohon tirta”.
“Tirta itu air yang sudah mempunyai daya atau kekuatan atau aura dari tempat-tempat suci tadi. Fungsinya untuk sesuci laksana kepada panitia dan keluarga LP2BN sebelum melaksanakan tugas suci, subo sito (sopan santun, red) memang begitu, harus sesuci dengan tirta suci kemudian baru langkah selanjutnya yaitu runtutan acara selanjutnya. Jamasan ini untuk menghilangkan kotoran-kotoran atau noda-noda baik kotoran dari ucapan, pikiran, tingkah laku jangan sampai menodai karya agung Kirab Tumpeng Agung Nusantara ini”, lanjutnya.
“Walaupun wujudnya sama-sama air, namun ada perbedaan antara air dengan tirta. Air dengan tirta itu wujudnya sama tapi statusnya atau derajatnya sudah lain. Kalau air untuk mandi, masak, mencuci tapi kalau tirta iu bentuk air bersih dimohonkan kesucian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan enegri-energi positif yang ada di Candi-candi yang didatangi itu. Candi itu merupakan tempat keramat, tempat bersejarah disitu ada energi yang menunggu disitu. Orang minta itu harus memberitahu atau atur piuning dulu akhirnya menjadi tirta. Tirta yang dibawa pulang itu wujudnya tirta tapi kekuatan beliau yang ikut. Tirta suci itu tirta kehidupan juga untuk menetralisir kotoran-kotoran”, pungkasnya.
Acara Jamasan ini berlangsung dengan khidmad. Semoga adat tradisi leluhur ini tetap bisa lestari dan terlindungi. (Widya)