Keseruan Riyoyo Kupatan di Kampung Budaya Polowijen, dari Ajar Buat Ketupat hingga Masak di Pawon
3 mins read

Keseruan Riyoyo Kupatan di Kampung Budaya Polowijen, dari Ajar Buat Ketupat hingga Masak di Pawon

Malang, www.beritamadani.co.id – Riyoyo Kupatan di kampung Budaya Polowijen kini benar benar terkesan beda dari tahun tahun sebelumnya. Riyoyo Kupatan yang rutin diselenggarakan hari ke 8 sebagai hari tutupan lebaran jatuh pada Senin 7 April 2023. Biasanya diselenggarakan di panggung KBP kali ini digeser di Pawon KBP.

Tradisi Riyoyo Kupatan di banyak tempat banyak dijumpai seperti arak-arakan gunungan ketupat keliling kampung yang berakhir di plataran alun-alun. Ada pula yang dilarung ke laut ada pula yang dibuat tawuran ketupat. Namun di KBP momen riyoyo kupatan dibuat sebagai ajang edukasi budaya dengan membuat ketupat dan dimasak langsung di tungku pawon KBP.

Dalam pernyatannya Ki Demang Penggagas KBP.”Inilah cara kami memperkenalkan gastronomi ketupat dengan sentuhan seni budaya dan tradisi, bahwa makanan bukan sekedar kuliner siap saji,  tetapi melalu proses dari bahan baku cara membuat ketupat cara memasak dan menyajikannya semua serba alami, tradisional dan di olah di Pawon KBP ini”. 

Apalagi yang beda pada tahun ini KBP juga mengajarkan ke anak remaja bagaimana membuat cara ketupat yang tipe dan modelnya ada 12 model ketupat. Selanjutnya ketupat dan lepet dimasak di dandang dengan saringan kukusan bambu di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar. Kurang lebih waktu 3 jam sampai benar benar matang, demikian pula sayur opor ayam juga dimasak sekalian siap disajikan.

Riyoyo Kupatan ini dihadiri kurang lebih 50 orang dari berbagai perwakilan komunitas diantaranya Perempuan Bersanggul Nusantara, Srikandi Pemuda Pancasila, Komunitas Kebaya Indonesia, Jowo Line Dance, Kampung Hetitage Kajoetangan, Kampung Lampion, Forkom Pokdarwis Kota Malang, Komite Kebudayaan Kota Malang, serta beberapa budayawan senior Mbah Rinto, Mbah Karjo, Ki Lelono.

Acaranya seru meriah karena membuat ketupat dan masak ketupatnya di pawon bersama sama. Acara dibuka dengan Tari Beskalan Putri Malang.  Sontak ibu ibu dari perwakilan komunitas bergabung menari pula. Acara juga di isi dengan tari Tembang Turi Turi Putih dan Salam Kerong dari Jowo Line Dance yang di pandu oleh Mbah Rinto. Selain itu masing masing perwakilan bergantian memberi ucapan lebaran.

Sembari mengajari beberapa anak anak KBP membuat ketupat, Mbah Karjo Budayawan Malang membagi bahwa ada beberapa sebutan ketupat menurut ragam bentuknya, seperti (a) kupat luar, (b) kupat bawang, (c) kupat kodok, (d) kupat sinto, (e) kupat kepel, (f) kupat kepala kerbau, (g) kupat kepala ayam angudari, (h) kupat burung merpati, (i) kupat angsa, (j) kupat jantung, (k) kupat bantal, (l) kupat kolibri. Bahkan ada pula varian bentuk yang uniknya dinamai (m) kupat candi  Borobudur.

“Kupat sebenarnya bagi orang jawa bukan hanya hadir di momen Idulfitri saja, tapi di setiap acara dan upacara tradisi orang jawa selalu ada dan bentuk ketupatnya berbeda beda sesuai kegunaan dan fungsi upacara”.

Kupat bentuk boto dan tumpeng umum ada pada riyoyo kupatan. Kalo sedang tanam dan panen padi biasanya kupat bentuk burung. Beda lagi kalo ritual ruwatan biasanya kupat luwar. Tandas pria yang bernama asli Syamsul Subakri Dalang Wayang Suket/Mendong.

Sebelum makan bersama ketupat dan opor ayam, acara ditutup dengan salam-salaman dan Ki Demang membagikan “galak gampil” uang jajan lebaran pada 20 anak anak anak yang turut hadir juga. Acara sangat meriah karena dikemas dengan suasana keluargaan penuh kehangatan meskipun pada sore itu sempat diguyur hujan. (Yuni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *