Asal Usul Goa Gong Pacitan
4 mins read

Asal Usul Goa Gong Pacitan

Pacitan, www.beritamadani.co.id – Goa Gong merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Jl. Salam, Salam, Bomo, Punung Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang juga terkenal dengan julukan Kota 1001 Gua. Goa Gong memiliki stalaktit dan stalakmit yang indah sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Menurut penuturan Eko Santoso, salah satu warga Bomo, Goa Gong ditemukan oleh Kakak beradik bernama Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo Rejo.

Sebelum ditemukan dan di buka gua nya, kawasan ini dulu merupakan pegunungan dan hutan belantara (alas tutupan) dan jarang ada orang yang berani mengunjunginya karena gunungnya terkenal angker. Dari cerita warga setempat, dulu ada dua orang kakek kakak beradik yang bernama Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo Rejo sering mendaki gunung untuk mengambil air yang ada di gua, tapi beliau belum menceritakan kalau di gunung gong ada gua. Dari kisah anaknya Mbah Joyo Rejo yang bernama Suramin, sebelum meninggal dunia pada tahun 1951 Mbah Joyo Rejo berwasiat bahwa di Desa Bomo Dusun Pule RT Pindul akan menjadi kota (terkenal) karena ada satu keindahan alam yang sangat menakjubkan dan suatu saat akan ditemukan. Setelah berwasiat, Mbah Joyo Rejo meninggal dunia.

Setelah Mbah Joyo Rejo meninggal dunia, gunung yang semula tidak terdengar suara apa-apa, setiap malam Jum’at Kliwon sering terdengar suara gamelan dan gong, oleh warga sekitar gunung di hutan itu dinamakan gunung gong gongan.

Pada tahun 1995 cucunya Mbah Joyo Rejo
(putra pak Suramin) yang bernama Wakino memberanikan diri mencari pakan ternak ke gunung gong gong dan tidak sengaja menemukan dua lubang di lereng gunung gong gongan. Dia memberanikan diri untuk membuka belahan batu dan memasuki nya ternyata ada gua. Keesokan harinya pada Sabtu Pon tanggal 5 maret 1995 Wakino dan temannya membuka gua dengan martil dan linggis.

Setelah terbuka di depan mulut gua ditemukan 2 bekas puntung rokok dari klobot. Wakino dan warga sekitar terus menelusuri ke dalam gua dengan peralatan tambang dari bambu untuk penunjuk jalan agar tidak tersesat, penerangan nya memakai obor dan oncor. Setelah lama menelusuri Wakino beserta rombongan menemukan sendang dan di situ ditemukan bekas obor dan batok kelapa. Diperkirakan itu bekas obor dan batok kelapa yang sengaja ditinggalkan oleh Mbah Joyo Rejo dan Mbah Noyo Semito untuk memberitahu bahwa dulu dia sering ke gunung ini dan masuk ke gua untuk mengambil air di sendang itu.

Di dalam Goa Gong ada empat sendang yang yaitu Sendang Kamulyan (mitosnya kalau airnya digunakan untuk cuci muka atau cuci tangan atau mandi bisa mulyo dan awet muda), Sendang Larung Nisto (mitosnya bisa menghilangkan sial), Sendang Panguripan (ditemukan bekas obor dan batok kelapa yang diperkirakan dulu diambil airnya untuk kehidupan sehari-hari oleh Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo Rejo) dan Sendang Jampi Rogo (mitosnya jika mengambil airnya untuk cuci muka/tangan/mandi bisa menyembuhkan penyakit).

Setelah tahun 1997 pak Wakino memeriksa dan mengamati kalau di dalam gua gong itu ada seperti ruang-ruangnya dan memberi nama ruangannya dari baru masuk di beri nama ruang 1 di situ ada yang dinamakan taman bidadari karena di ruangan itu dulu waktu di buka ditemukan sosok bayangan menyerupai bidadari dan ruangannya seperti taman-taman serta ada batu gong yang pertama. Lanjut masuk ke bilah berikutnya masuk ruang ke 2 dengan ornamen keindahan stalaktit dan stalakmit. Dibilah ruang berikutnya ruang yang ke 3 ada penyangga yang pertama yang di namakan Selo Dudur Langit, yang artinya Selo (batu), Dudur (penyangga), langit (langit-langit gua).
Lanjut ke bilah berikutnya masuk ke ruang 4 di situ ada penyangga yang ke dua yang di beri nama Selo Citro Cipto Agung yang artinya Selo (batu), Citro (citra), Cipto (cipta), Agung (yang maha agung/ Tuhan) dan ada batu kristal serta gong yang ke dua.

Lanjut ke bilah ruang yang berikutnya ruang yang ke 5 diberi nama ruang peristirahatan yang batunya mengkristal serta tempat sendang yang pertama yang di beri nama Sendang Kamulyan. Lanjut ke bilah ruang yang berikutnya masuk ke ruang 6 ada sendang yang ke 2 yang di beri nama Sendang Larung Nisto dan ruang pertapaan.
Lanjut ke bilah ruangan berikutnya ruang 7 (ruang terahir) ada momen batu gong yang ke 3 yang di beri nama Selo Cengger Bumi yang artinya Selo (batu), Cengger (menyerupai cengger ayam), Bumi (karna letaknya di dalam bumi/bawah tanah/gunung) dan ruang 7 disitu letak Sendang Panguripan serta Sendang Jampi Rogo.

Asal-usul nama gua gong bukan diambil dari batu yang ada di dalam gua kalau dipukul berbunyi tetapi diambil dari nama gunungnya, namanya gunung gong gongan, ada gua yang ditemukan diberi nama Goa Gong. (Widya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *