Blitar, www.beritamadani.co.id – Tahun 2024 ini, bagi Lembaga Pelestari Pelindung Budaya Nusantara (LP2BN), adalah tahun yang suci dan sangat penting, hal ini demi menandai perubahan Zaman Kebangkitan Nusantara, dan khususnya kebangkitan di bidang kebudayaan. Seperti yang dijelaskan oleh Ketum LP2BN Ki Aris Sugito, S.H., saat temui awak media di Komplek Candi Penataran, disela kesibukkannya memimpin Rakor, pada Minggu, 9 Juni 2024.
“Tepatnya ini agenda rutin tahunan yang kami gelar sudah memasuki tahun ke-13. Pada 16 Juni 2024 nanti, kami melaksanakan Piuning, diikuti lebih kurang 50 peserta, mewakili Panitia dari berbagai kota kabupaten se Jatim, dan pihak penyelenggara, yaitu; Panitia dan Pengurus LP2BN. Piuning akan dilaksanakan di; 1.Candi Kotes, 2.Candi Rambut Monte, 3.Candi Sawentar/Lwang Wentar, 4.Candi Simping, 5.Situs Mleri, 6.Candi Kalicilik, 7.Makam Bung Karno, 8.Candi Palah Penataran, dan 9.Candi Gambar Wetan. Tanggal 23 Juni 2024, baru dilaksanakan Jamasan Suci,” ujar Ki Aris Sugito.
Dari air suci hasil ritual dari candi-candi tersebut dicampur dengan air suci di Candi Palah Penataran, lalu dipakai untuk sarana Jamasan di Kolam Suci yang ada di Komplek Candi Penataran.
“Baru setelah selesai melalui prosesi Piuning dan Jamasan itulah dilaksanakan acara puncak, yakni Prosesi Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong ke-13, diharapkan berjalan sukses tanpa ada sukerta/kendala karena sudah melalui prosesi sesuai pakemnya,” pungkas Ki Aris Sugito mengakhiri wawancara.
Di tempat terpisah, di lokasi Kolam Suci/Patirtan yang berada di belakang Candi Palah Penataran, salah satu pinisepuh LP2BN, yakni Ki Purbo dari Mojokerto menjelaskan terkait menariknya Ritual Piuning dan Jamasan bagi orang-orang dari manca negara.
“Leluhur Nusantara kita ini sudah punya satu paket konsep kehidupan di dunia hingga di kehidupan setelah kematian, dengan cara laku suci yang dijalani ratusan hingga ribuan tahun yang lalu. Seperti yang tersurat di relief candi yang hingga kini masih bisa dilihat nyata dan dibaca dengan jelas. Lebih dari itu, regenerasi dari Ritual Adat ini terus dilanjutkan, sebagaimana telah dilaksanakan di Blitar ini oleh LP2BN. Ritual Adat di situs asli inilah yang mampu menghipnotis bangsa luar negeri, orang-orang dari manca Negara seperti; Rusia, Malaysia, Singapura, New Zealand, Austria, Australia, dan Turki, untuk turut mengikuti kegiatan Ritual Adat tersebut,” ungkap Ki Purbo.
“Air suci untuk prosesi ritual, diambil langsung dari tempat-tempat suci tersebut, lalu digunakan untuk Saraba (Jamasan) mandi besar/mandi sufi. Itu diyakini memberikan efek berupa energi besar, dan suci bagi para pelakunya. Efek energy besar benar-benar nyata, itu merupakan testimoni langsung, yang saya terima dari Cantrik saya yang datang dari berbagai negara di dunia. Dan ini sekaligus bukti nyata untuk seluruh anak Bangsa Nusantara dimanapun berada, kalau warga manca negara sudah percaya dan yakin bahwa ajaran leluhur kita itu masih relevan di zaman kekinian, sehingga mereka jauh-jauh mau datang ke Nusantara,” imbuhnya.
“Nah, melihat kenyataan tersebut, apa tidak jadi aneh jika para muda-mudi NKRI justru malah mencontoh budaya bangsa asing? tanya Ki Purbo.
Di tempat yang sama, Ritual Piuning dan Jamasan pra Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gorong Royong ke-13 juga dijelaskan oleh Romo Lokmin, Pinisepuh LP2BN, yang juga Ketua PHDI Kabupaten Blitar.
“Jadi hatur piuning, berasal dari kata hatur yang berarti ucapan atau matur, dan piuning dari kata uning yang berarti weruh atau ngerti, disitu menyampaikan pengertian permisi kepada bangunan suci yaitu candi. Mendatangi tempat-tempat bersejarah, candi sebanyak 9 tempat. Hatur Piuning tujuannya menemui Tuhan, kekuatan Tuhan yang ada di candi tersebut dan atman-atman di situ sesuai dengan sejarahnya. Maksudnya memohon agar Tuhan, Sang Maha Pencipta, Sang Hyang Widi, Sang Hyang Taya, itu nanti karena beliau itu tidak terwujud akhirnya kami para sesepuh ini mengupayakan dilambangkan atau diwujudkan di tirta, karena tirta itu sumber kehidupan. Di tirta itu ada sifat Tuhan dan kekuatan Tuhan, energy positif dilinggihkan/didudukkan ada di tirta suci. Jadi tirta suci nantinya diambil dari 9 tempat suci/candi, akan diboyong oleh Panitia, dan akan tuangkan, dicampur menjadi satu dengan tirta suci yang ada di Candi Palah Penataran untuk Prosesi Jamasan,” jelas Romo Lokmin.
“Jamasan yang dimaksud adalah suci laksana, mensucikan baik noda yang kelihatan dan tidak kelihatan. Karena apa panitia akan melaksanakan tugas suci Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong ke-13. Jadi yang wajib mengikuti Jamasan terutama Panitia. Tetapi khalayak ramai juga diijinkan untuk mengikuti Jamasan ini. Biasanya juga air suci tersebut juga dibawa pulang, bisa digunakan untuk melukat dan sebagainya,” pungkas Romo Lokmin. (Ki Ageng Jontor Siswanto – Ki Cakra Kusuma)