Jakarta, www.beritamadani.co.id – Agama bisa menjadi guidance dalam menggerakkan etos kerja, demikian disampaikan Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D., dalam diskusi bertajuk “Puasa, Kesehatan Mental dan Relevansinya dengan Etos Kebangsaan Kita” pada Rabu, 5 April 2023, yang diselenggarakan di Universitas Paramadina, Jakarta.
Acara yang diselenggarakan secara hibrid oleh Universitas Paramadina bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah ini menghadirkan narasumber Wakil Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Prof. Dr. Abad Badruzaman, Wakil Rektor Universitas Paramadina Dr. Fatchiah Kertamuda, Kaprodi S2 Studi Islam Universitas Paramadina Dr. M. Subhi-Ibrahim dan dimoderatori oleh Fachrurozi.
Etos lanjut Didik, merupakan prinsip moral yang dipegang oleh seorang individu. Dimensi kemajuan ekonomi dipengaruhi skill dan etos kerja sumber daya manusia. “Penyerapan nilai agama yang baik akan menghasilkan etos kerja yang baik,” tambahnya.
Ritual ibadah sejatinya bisa menjadi pemicu bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karenanya, bulan Ramadhan ini merupakan sebuah bulan yang sangat spesial bagi umat Islam dalam mendorong kemajuan ekonomi umat Islam di Indonesia.
Dr Fatchiah E Kertamuda, M.Sc., menyatakan ada 3 hal di dalam ibadah puasa yang dipengaruhi oleh perspektif ilmu psikologi. Pertama, puasa harus berdampak pada rohaniah dan jasmaniah seorang individu muslim. “Puasa mampu melatih panca indera untuk selalu berada dalam koridor kebaikan,” ujarnya.
Menurutnya dalam sudut pandang psikologi, puasa mampu melatih pikiran dan perasaan. Puasa juga memberikan dampak positif pada perilaku, emosi dan pikiran manusia. “Ibadah puasa secara psikologis mampu membantu individu sebagai sarana pengendalian diri dari emosi-emosi negatif saat berpuasa,” tambahnya.
Puasa membantu seorang individu untuk memiliki kesehatan mental. Dikaitkan antara puasa dan etos kebangsaan, sikap watak karakter dan keyakinan yang harus dimiliki oleh warga negara. “Puasa harus mendorong perubahan mental yang lebih baik. Perubahan etos kerja, menurut Cak Nur etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu kepercayaan seorang muslim bahwa kerja memiliki kaitan tujuan hidup memperoleh perkenan dari Allah SWT,” imbuhnya.
Prof Dr. Abad Badruzzaman menyampaikan bahwa setiap ritual ibadah diwajibkan karena untuk mendorong kesalehan sosial individu seorang muslim. Begitu juga halnya dengan ibadah puasa. “Keterkaitan ibadah puasa dengan kesalehan sosial terlihat dari ayat Al Baqarah 183, yaitu dimulai dari kata shiyam yang bermakna ritual sedangkan orientasi sosialnya adalah la’allakum tattaqun, melahirkan pribadi yang bertakwa”.
Salat memiliki dimensi sosial yaitu mencegah perbuatan buruk, keji dan munkar, tidak hanya sekedar ritual gerakan dan doa. “Salah satu ciri orang bermental sehat adalah bisa mengendalikan diri, mampu mengendalikan lisan, karena bagian yang paling menonjol saat berinteraksi dengan orang lain adalah lisan,” ujarnya.
Dr. Mohammad Subhi Ibrahim dalam paparannya menyatakan bahwa puasa merupakan ritual abadi dan ada disemua agama. “Puasa dibutuhkan oleh manusia agar seimbang mental dan jasmaninya”.
Dalam konteks puasa dan kehidupan bermasyarakat, puasa merupakan ritual ibadah yang mampu menumbuhkan etos kerja yang mendorong etos kesadaran keTuhanan. “Dengan berpuasa, umat Islam menjadi insan berintegritas dalam kondisi kesendirian saat berpuasa,” ujarnya.
Selain itu, puasa juga mendorong transendensi diri (menjarakkan diri). Puasa memberi jarak manusia antara dirinya dengan keinginan yang merintangi diri. “Puasa juga menumbuhkan sikap future oriented, sikap menunda kesenangan untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih tinggi di masa depan,” pungkasnya. (PRM-Red.BMK)