Kabupaten Kediri, www.beritamadani.co.idSinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng yang digelar Pemerintah Kabupaten Kediri dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 mampu menyedot ribuan penonton. Tidak hanya datang dari Kabupaten Kediri saja, dari luar daerah pun rela jauh-jauh hadir ke area Simpang Lima Gumul demi mendapatkan ilmu yang bermanfaat, Senin (15/8/2022).

Mas Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana bersama jajaran Forkopimda Kabupaten Kediri juga hadir dalam acara tersebut. Bahkan Mas Bup sempat menenangkan penonton yang berteriak-teriak karena soundnya tidak terdengar.

“Saya kasih waktu 3 sampai 5 menit untuk panitia agar segera menggeser soundnya ke arah penonton samping kanan dan kiri panggung,” tegas Mas Bupati.

Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng mengambil tema “Muda, Merdeka, Berbudaya”. Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun menyampaikan bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat paling tangguh dari seluruh dunia. Allah telah menciptakan Indonesia dan acara digelar ini sebagai bentuk cara mensyukuri HUT RI. Yang menarik dari pengajian Cak Nun ini adalah konsep acara yang dibuat dua arah, bukan seperti pengajian pada umumnya. Mendengarkan keinginan umat bukan sekedar menceramahi.

Sosok ulama kharismatik ini kemudian melemparkan pertanyaan tentang perumpaman bluluk, cengkir, degan dan klopo. Dimana tujuannya mengajak jamaah berpikir kritis dengan menggunakan akal sehat. Pada kesempatan ini, Cak Nun berharap Mas Dhito sapaan akrab Bupati Kediri, bukan hanya bertindak cepat dan tepat dalam mengambil keputusan.

“Namun juga harus bijaksana dengan mengacu ruang dan waktu dalam mengambil keputusan. Bahwa Bupati adalah imam-nya Kediri, harus mampu mengayomi seluruh rakyatnya,” ungkapnya.

Menanggapi pertanyaan dari perwakilan jamaah dan harapan dari Cak Nun, Mas Dhito pun sebenarnya memahami bahwa Indonesia saat ini masih degan. Namun orang nomor satu di Kabupaten Kediri ini juga meminta masyarakat sadar untuk bersama-sama berpikir seperti kelapa.

“Mari kita kembali ke diri masing-masing, bahwa pemerintah dalam mengambil keputusan belum tentu menyenangkan semua masyarakat. Saya merasa senang dalam sinau bareng ini dihadiri jamaah dari Mojokerto, dari Palembang dan bukan hanya orang Kediri saja. Terus terang saya surprise,” ucapnya. 

“Bahwa kita adalah Bangsa Indonesia, mungkin saya masih cengkir atau bluluk, untuk itu mari kita sinau bersama Mbah Nun, menuju menjadi kelapa di 2024,” imbuh Mas Dhito. (Kominfo Kab. Kediri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post <strong>Kukuhkan Paskibra, Mas Dhito : Jadilah Muda Merdeka dan Berbudaya</strong>
Next post <strong>Kediri Layak Disebut Mother of Nusantara</strong>