Malang, www.beritamadani.co.id – Untuk meningkatkan produksi dan ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19 diperlukan kolaborasi multisektor.

Kolaborasi ini melibatkan pemerintah, petani, dunia usaha, lembaga keuangan, perguruan tinggi dan partisipasi masyarakat.

“Dengan kerjasama, sinergi dan gotong-royong semua sektor, produksi pangan akan meningkat signifikan untuk memenuhi kebutuhan nasional dan ekspor,” ungkap Komisaris Paranusa Eko Handoko

Menurut Eko, ada empat pilar ketahanan pangan yang harus menjadi fokus semua pemangku kepentingan. Yaitu, ketersediaan pangan, akses pangan, pemanfaatan pangan dan stabilitas pangan.

“Seringkali ketersediaan pangan ada di petani, namun petani tidak memiliki akses ke pasar mengakibatkan harga pangan di petani murah, sementara masyarakat di perkotaan tidak memiliki akses ke sumber pangan yang mengakibatkan harga pangan mahal. Oleh sebab itu, dengan adanya progam kawasan Food Estate berbasis Alpukat Pameling, yang di inisiasi oleh Chairman Jelajah Desa Pangan (JDP) Tony Setiawan, maka Paranusa berusaha memberikan penghasilan dan nilai jual yang pasti kepada petani,” kata Eko Handoko via selulernya, Rabu (6/01/2021).

Di tempat terpisah Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si, mengungkapkan, Lahan di bawah budidaya  tanaman  Alpukat Pameling itu luas dan ini  berpotensi untuk digunakan dalam membudidayakan tanaman pangan lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk efisiensi penggunaan lahan pertanian, karena pada saat ini kepemilikan lahan pertanian oleh petani semakin terbatas.

“Jadi Sistem tumpangsari merupakan solusi yang dapat digunakan oleh petani dalam mengelola lahan pertaniannya,  jagung dan rumput Odott, karena kedua tanaman tersebut merupakan tanaman ternak dan merupakan tanaman yang dapat digunakan dalam sistem tumpangsari dengan masa panen yang singkat sehingga itu akan mendapatkan tambahan penghasilan bagi para petani,” ungkapnya.

Bukan hanya mendapat penghasilan tambahan, menurut Wasis tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu, dan tumpangsari ini merupakan suatu upaya dari program intensifikasi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh hasil produksi yang optimal dan menjaga kesuburan tanah dan kebutuhan pupuk organik petani tidak perlu membeli, jadi secara langsung maupun tidak lansung banyak keuntungan untuk para petani.

“Oleh sebab itu, BBPP Kota Batu akan berkolaborasi dengan Paranusa dan juga Petani untuk memanfaatkan lahan di antara jarak pohon alpukat untuk ditanami jagung. Dan ini akan menjadi kesepakatan antara Paranusa dan BBPP Kota Batu dan para Petani,” pungkasnya. ( Ard/Red )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Wujud Kemanunggalan TNI Dengan Rakyat, Anggota Koramil Tipe B 0808/03 Kanigoro Bersama Masyarakat Laksanakan Karya Bakti
Next post Hujan Lebat Rendam Perumahan di Kecamatan Ngasem Kediri