Gabung_2 Gabung_1

Jombang, Beritamadani.co.id – Sampai saat ini kendala utama dalam peningkatan produktivitas perkebunan adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Serangan OPT mampu menurunkan produktivitas hingga 100% (Soesanto, 2016). Salah satu cara untuk mengatasi serangan OPT adalah dengan melakukan pengendalian hama terpadu (PHT), dimana konsep PHT adalah menggabungkan beberapa teknik pengendalian OPT.

Akan tetapi sampai saat ini masih banyak ditemui pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida sintetis, dalam konsep PHT pestisida sintesis hanya digunakan sebagai alternatif terakhir, karena terkait pengaruh jangka panjang yang ditimbulkannya seperti matinya mikroorganisme non target, dapat meracuni manusia, hewan maupun lingkungan, dan dapat menimbulkan resistensi patogen. Pemanfaatan Agens pengendali hayati (APH) merupakan salah satu cara yang aman dalam pengendalian OPT tanaman, karena APH memiliki keunggulan diantaranya ramah lingkungan, mudah terdegradasi, sumber daya lokal melimpah,murah, serta sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan.

Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan inovasi baru pemanfaatan APH di dalam mengatasi OPT perkebunan, dimana sampai sekarang OPT masih menjadi permasalahan utama bagi petani. Salah satu pemanfaatan APH adalah dengan pemanfaatan metabolit sekunder.

Apakah yang dimaksud dengan metabolit sekunder, bisa dijelaskan sebagai berikut. Secara umum, ada dua macam metabolisme, yaitu metabolisme primer dan metabolisme sekunder. Metabolisme primer menghasilkan metabolit primer, sedangkan metabolisme sekunder menghasilkan metabolit sekunder. Metabolisme primer terdapat dalam semua organisme dengan proses dan jalur yang hampir sama, sedangkan metabolisme sekunder mempunyai jalur dan produk yang spesifik dan unik untuk setiap organisme. Metabolisme primer terlibat secara langsung dalam pertumbuhan, sedangkan metabolisme sekunder umumnya tidak terlibat dalam aktivitas pertumbuhan. Metabolit primer berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi, sedangkan metabolit sekunder lebih berperan dalam fungsi pertahanan tanaman (Anurag et al., dalam Dalimunthe dan Rachmawan, 2017).

Hal inilah yang membedakan antara metabolit sekuder dengan APH, apabila APH pada umumnya menggunakan spora/konidium sebagai bahan aktifnya, sedangkan metabolit sekunder tidak menggunakan spora/konidium sebagai bahan aktif tetapi menggunakan hasil metabolisme yang dibuang oleh APH. Metabolit sekunder umumnya dibentuk di akhir pertumbuhan yang berupa sisa-sisa metabolisme, sehingga diperlukan untuk dibuang karena tidak dibutuhkan untuk kehidupan organisme atau mikroba. Misalnya antibiotika, enzim, hormon, dan toksin. Hasil metabolit sekunder yang tidak digunakan tersebut yang menyebabkan suatu APH mempunyai tingkat kemempanan yang tinggi atau rendah di dalam mengendalikan OPT di lapangan (Soesanto, 2014).

BB2 BB1

Ada beberapa alasan mengapa metabolit sekunder APH digunakan, yaitu:1. Berperan sebagai pelindung tanaman, metabolit sekunder APH salah satunya berperan meningkatkan senyawa kimia di dalam tanaman yang berfungsi dalam ketahanan tanaman terhadap serangan OPT sehingga tanaman dapat tahan dan terhindar dari serangan OPT. 2. Penting dalam mengatasi stress lingkungan, metabolit sekunder APH ketika diaplikasikan di awal tanam dapat mengatasi stress lingkungan karena terkait dengan perannya sebagai pengimbas ketahanan tanaman. 3. Penting dalam mengatasi OPT yang berada di dalam tanaman, metabolit sekunder APH mampu menjangkau keberadaan OPT di dalam jaringan tanaman, dan dengan mekanisme yang beragam sesuai kandungan di dalam metabolit sekunder APH. 4. Kemudahan dalam penyiapan, pengaplikasian, dan penyimpanan: a. Metabolit sekunder APH dapat disiapkan dengan mudah, artinya dapat dilakukan oleh petani yang tidak mempunyai alat lengkap seperti di laboratorium., b. Bahan yang digunakan juga sangat mudah didapat dan murah, c. Aplikasi metabolit sekunder APH dapat dilakukan dengan berbagai cara, semua cara dapat digunakan; bahkan tidak tergantung kepada perbedaan ekologi wilayah, d. Penyimpanan metabolit sekunder APH dapat dilakukan dalam waktu lama, bahkan bertahun-tahun dengan syarat tertentu, dan tidak terpengaruh oleh kondisi ekologi, e. Lebih lengkap dampak positifnya di dalam mengatasi OPT.

Pengaruh dari aplikasi metabolit sekunder APH tidak saja dialami oleh OPT sasaran, tetapi juga oleh tanamannya. Hal ini karena kandungan di dalam metabolit sekunder APH tidak saja berupa toksin atau antibiotika dan enzim yang berperan di dalam pengendalian OPT, tetapi juga hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Fungsi ganda inilah yang menjadikan metabolit sekunder APH saat ini menjadi inovasi baru di dalam membuat tanaman sehat dan tahan terhadap serangan OPT.

Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pemanfaatan metabolit sekunder, diantaranya Harni et al (2017) telah melakukan penelitian metabolit sekunder mampu mengendalikan penyakit Vascular Streak Die Back (VSD) pada tanaman Kakao, dan BBPPTP Surabaya juga telah melakukan pengujian metabolit sekunder dalam mengendalikan busuk buah kakao yang disebabkan oleh jamur Phytophthorra palmivora, dan juga pengujian metabolit sekunder untuk mengendalikan penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) yang disebabkan oleh bakteri Ralstonis syzygii.

APH Sebagai Sumber Metabolit Sekunder. Pemanfaatan metabolit sekunder juga menggunakan bahan dasar dari APH baik dari golongan jamur maupun bakteri, beberapa APH yang sudah digunakan antara lain dari golongan jamur Beauveria bassiana dan Trichoderma spp., sedangkan dari golongan bakteri adalah Pseudomonas fluorescens yang merupakan bakteri antagonis bermanfaat untuk mengendalikan penyakit tanaman.

Dalam pemanfaatan APH, apabila yang akan diaplikasikan adalah biomassanya maka perbanyakan APH dipanen pada saat fase eksponensial. Apabila yang akan diaplikasikan adalah metabolit sekundernya, maka pemanenan APH dilakukan pada saat memasuki fase stasioner dan death fase.

Gabung_3 BB3

Untuk membuat metabolit sekunder terlebih dahulu dilakukan seleksi isolat jamur atau bakteri yang akan digunakan sebagai bahan metabolit sekunder. Seleksi tersebut meliputi pengujian skala laboratorium yakni uji antagonisme untuk isolat jamur/bakteri dari golongan antagonis (jamur/bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan penyakit tanaman) dan uji patogenesitas untuk isolat jamur/bakteri entomopatogen (jamur/bakteri yang mampu menginfeksi serangga hama).

Keberadaan metabolit sekunder dalam suatu APH dapat dibuktikan dengan beberapa pengujian, seperti uji khitinase digunakan untuk mengetahui apakah ada aktivitas enzim kitinase, uji selulose digunakan untuk mengetahui apakah ada aktivitas enzim selulose. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui apakah metabolit sekunder yang dihasilkan tidak menimbulkan penyakit pada tanaman,dan uji antagonisme untuk mengetahui apakah ada aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan OPT.

Cara aplikasi metabolit sekunder juga sangat mudah dilakukan, adapun cara aplikasinya adalah sebagai berikut : 1. Penyiraman sekitar batang tanaman di bawah tajuk tanaman, 2. Pelindung benih dengan cara pelapisan benih dan perendaman benih, 3. Perendaman akar bibit khususnya sebelum ditanam atau dipindah tanam, 4. Penyiraman bibit di sekitar tangkai bibit dalam pesemaian, 5. Perendaman rimpang, umbi, atau akar, 6. Injeksi atau infus batang dan infus akar untuk tanaman berkayu, 7. Penyemprotan daun dan batang serta cabang tanaman, 8. Penyemprotan bunga atau buah/bakal buah.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan metabolit sekunder dengan menggunakan bahan dasar APH, baik dari golongan jamur maupun bakteri, merupakan inovasi baru dalam pengendalian OPT tanaman perkebunan, yang memiliki banyak kelebihan dan mudah cara aplikasinya.

Penulis : Asri Maria W., SP. ( BBPPTP. Surabaya )

Daftar Pustaka :

1.Dalimunthe dan Rachmawan. 2017. Prospek Pemanfaatan Metabolit Sekunder Tumbuhan Sebagai Pestisida Nabati Untuk Pengendalian Patogen Pada Tanaman Karet. Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 – 28.

2.Harni et al. 2017. Potensi Metabolit Sekunder Trichoderma Spp. Untuk Mengendalikan Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) Pada Bibit Kakao. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar. Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarVolume 4, Nomor 2, Juli 2017.

3.Soesanto L. 2014. Metabolit Sekunder Agensia Pengendali Hayati: Terobosan Baru Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

4.Soesanto, L. 2016. Metabolit Sekunder. Materi Pelatihan Metabolit Sekunder disampaikan pada pertemuan pelatihan metabolit sekunder tanggal 25 s/d 27 Mei 2016 di BBPPTP Surabaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Destinasi Wisata Candi Kidal
Next post Candi Jago Malang