IMG_20181222_103047 IMG_20181222_103533

Malang, Beritamadani.co.id – Candi Kidal terletak di Jl. Raya Kidal, Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi Kidal berada diantara Candi Jago di Tumpang dan Patirtan yang baru ditemukan di Ngawonggo. Bila kita berkunjung ke Kota Malang dan tertarik melihat destinasi wisata candi, salah satunya bisa mengunjungi Candi Kidal.

Ada beberapa route menuju Candi Kidal dari Kota Malang. Route yang pertama adalah dari Stasiun Kota Baru Malang-Sawojajar-Cemorokandang-Tumpang-Rejokidal. Route yang kedua bila anda dari arah Surabaya bisa lewat Terminal Arjosari-Mangliawan-Pakis-Tumpang-Rejokidal. Route ketiga bila anda dari arah Blitar bisa lewat Kepanjen-Bululawang-Tajinan-Rejokidal. Dan yang terakhir yang paling cepat, anda bisa lewat Stasiun Kota Baru Malang -Gadang-Kedungkandang-Tajinan-Rejokidal.

IMG_20181222_104013 IMG_20181222_103655

Candi Kidal merupakan Candi Hindu, warisan Kerajaan Singosari, yang dibangun sebagai penghormatan atas jasa Raja Anusapati pada masa pemerintahan Tahun 1227-1248 M. Ditemukan oleh Belanda pada Tahun 1925. Ditemukan dalam keadaan tidak utuh, kemudian mengalami beberapa pemugaran baik zaman Belanda maupun Pemerintah Republik Indonesia. Pemugaran secara fisik dilakukan oleh Pemerintah RI pada Tahun 1986-1988 dan penataan lingkungannya dilaksanakan pada Tahun 1989, melalui Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. Purna pugar selesai pada Tahun 1990.

Ketika Awak Beritamadani.co.id berkunjung di Candi Kidal, diinformasikan bahwa sebenarnya masa pendirian Candi Kidal ini tidak dapat diketahui dengan pasti, karena tidak adanya data pertanggalan pada candi dan data prasasti yang dapat dihubungkan dengan candi ini. Namun dalam Negarakertagama disebutkan bahwa pada Tahun 1170 C Raja Anusapati wafat dan didharmakan sebagai Siwa Kidal. Sedangkan Pararaton menjelaskan Lina Sang Anusapati 1C 1171 Dhirnarma Sira Ring Kidal. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Candi Kidal merupakan tempat pendharmaan Raja Anusapati yang wafat pada Tahun 1248 M. Dengan demikian dapat diperkirakan pendirian candi ini selesai dibangun pada saat diadakan upacara Sradha, 12 tahun setelah Raja Anusapati wafat.

IMG_20181222_104102 IMG_20181222_104118

Candi Kidal memiliki ukuran panjang 10.8 m, lebar 8.36 m dan tinggi 12.26 m. Tinggi asli Candi Kidal diperkirakan 17 m. Secara vertical candi ini dapat dibagi mejadi 3 bagian yaitu: kaki candi, badan candi dan atap candi. Pada saat ditemukan, di bilik candi tidak ditemukan arca tetapi ditemukan batu Yoni, meskipun didapati ketika itu diluar bilik candi. Yoni ini diduga berasal dari bilik ruangan candi.

Dinformasikan juga bahwa sebuah arca Siwa yang ada di Negeri Belanda, yaitu di Royal Tripical Institute Amsterdam, diduga berasal dari Candi Kidal. Arca yang memiliki tinggi 1,23 m tersebut digambarkan dengan sikap berdiri memiliki tangan 4 buah. Tangan kanan belakang memegang Aksamala, tangan kiri belakang memegang cemara, kedua tangan didepan ditekuk dimuka dada, telapak tangan kiri terbuka menghadap keatas, sedangkan telapak tangan kanan ada diatas telapak tangan kiri dalam sikap menggenggam, dengan ibu jari diarahkan keatas.

IMG_20181222_104138 IMG_20181222_104157

Disamping candi terdapat bunga teratai yang keluar dari bonggol, menunjukkan personifikasi dinasti Singosari. Di dalam relung-relungnya tidak ditemukan arca. Seandainya arca Siwa memang berasal dari ruangan candi, dapat diduga bahwa relung-relung tersebut disediakan untuk arca Durga, Ganesa dan Agastya, sebagai lazimnya candi Siwa. Arca yang ditemukan di candi Kidal adalah arca Nandiswara dan Mahakala, arca ini biasanya menempati relung-relung di kiri-kanan pintu masuk candi. Arca lain yang ditemukan adalah arca duduk yang diperkirakan dari Pantheon agama Budha dan sebuah arca duduk yang lain mungkin arca Manjucri. Temuan arca yang lain yaitu arca tanpa kepala dengan ciri-ciri cakra pada tangan belakang dan sankha pada tangan kiri (mungkin sekali arca Wisnu).

Selain bangunan utama, ditemukan bekas-bekas bangunan segi empat panjang dengan sisa-sisa dua buah tangga masuk, pada sisi timur ujung utara dan selatan. Bahkan pada awal ditemukan, masih terlihat sisa-sisa bangunan dari batu merah di halaman ini. Diduga candi Kidal merupakan induk dari suatu komplek percandian yang tak terdiri dari satu halaman saja tetapi dua halaman.

IMG_20181222_104227 IMG_20181222_104246

Relief garuda dipahatkan pada pilaster ditiap sisi kaki candi, tepat pada sumbu ketiga sisi kaki candi. Pengambaran relief sebagai berikut: 1.Sisi Utara: Garuda digambarkan dengan sikap badan jongkok dengan kaki kanan ditekuk dengan lutut menumpu pada landasan. Tangan kanan diangkat ke atas dengan sikap menyangga suatu benda bulat. Di atas kepala garuda duduk seorang wanita di atas Padma. Kaki kiri wanita tersebut dalam sikap bersila, kaki kanannya menggantung ke bawah disangga oleh tangan kanan garuda. Disampingnya terukir tiga ekor naga, 2.Sisi Timur: Garuda digambarkan dengan sikap yang sama dengan sisi utara. Tangan kanan memegang seberkas ikatan yang ditafsirkan sebagai seikat kuca rumput. Di atas kepala garuda terdapat guci Amerta (kamandalu), 3.Sisi Selatan: Garuda masih digambarkan dalam sikap yang sama, diatas kepalanya ada tiga ekor naga. Naga-naga tersebut ada di atas Padma. Ekor naga yang tengah menggantung ke bawah disangga oleh tangan garuda.

Relief-relief tersebut menggambarkan cerita Garudeya, yang pembacaannya diurutkan secara pradaksina, berturut-turut dari sisi utara adalah Garuda dengan ibunya, Garuda dengan guci Amerta, yang telah diperebutkan antara dewa dan Garuda dengan para Naga.

IMG_20181222_104314 IMG_20181222_105643

Arah pembacaan relief menurut prasawya akan didapatkan susunan sebagai berikut: 1.Sisi Selatan: Garuda dalam kekuasaan para Naga, ibu Garuda masih dalam perbudakan Sang Kadru, 2.Sisi Timur: Garuda telah mendapatkan Amerta sebagai penebus ibunya. Seikat kuca(rumput) yang menjelaskan pada kita bahwa Amerta telah direbut dari para dewa dan kini disangkutkan pada kuca, sementara para naga disuruh oleh Garuda membersihkan badannya sebelum minum Amerta, 3.Sisi Utara: Garuda siap berangkat bersama ibunya meninggalkan para Naga, karena telah bebas dari perbudakan Sang Kadru.

Saat ini Candi Kidal masih memiliki daya tarik tersendiri dari para wisatawan. Biasanya wisatawan banyak berkunjung ketika libur akhir pekan dan musim libur sekolah. Ketika Awak Beritamadani.co.id berkunjung, ada beberapa pengunjung lokal dari Kota Malang, Kab.Malang dan dari Solo Jawa Tengah. Ada yang melakukan sesi pemotretan pre-weeding, hanya berjalan-jalan dan berselfie ria dan ada beberapa anak-anak mencari bahan untuk menyelesaikan tugas sejarah. Seperti yang dikatakan oleh Okta, Nur Aziza dan teman-temannya,”Saya Siswa Klas X, dari SMK. Taman Siswa Kepanjen, Kab.Malang, berkunjung ke Candi Kidal untuk mengerjakan Tugas Sejarah”.

IMG_20181222_103418 IMG_20181222_105124

Lingkungan taman di Candi Kidal juga sangat terawat, bersih, hal ini juga berkat dari Pak Yusmiarso, seorang honorer petugas pemelihara candi, yang selalu merawat taman dan membersihkan halaman area candi. Sayangnya kami tidak bisa bertemu dengan Ibu Romelah Petugas dari BPCB Jawa Timur yang ditempatkan bertugas di Candi Kidal, karena tidak ada ditempat.

Yang menjadi catatan ketika kami berkunjung ke Candi Kidal adalah kurang terawatnya toilet untuk pengunjung, perlu dilakukan perbaikan, sehingga bisa berfungsi normal dan layak bagi wisatawan. Papan informasi tentang sejarah Candi Kidal dan dokumentasi juga hampir roboh (disangga bambu), foto dokumentasi proses penemuan dan pemugaran tidak jelas, sehingga menyulitkan bagi para wisatawan dan siswa sekolah untuk mempelajari sejarah Candi Kidal. Terutama untuk bangunan kayu papan informasi yang disangga bambu ini sangat membahayakan pengunjung.

IMG_20181222_110210 IMG_20181222_112446

Para wisatawan yang berkunjung biasanya diminta untuk mengisi kas dengan sukarela, oleh petugas jaga, semoga dana bisa dikelola dengan baik dan harapannya bisa disisihkan untuk perbaikan fasilitas yang memang urgent, untuk kenyamanan dan keselamatan wisatawan yang berkunjung.(D.Kusuma-Maria)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Potensi Destinasi Wisata Sejarah Candi Arimbi (Ngrimbi) Jombang
Next post Inovasi Pengendalian OPT Dengan Metabolit Sekunder di BBPPTP Surabaya