IMG-20170718-WA0014 IMG-20170718-WA0015

Kediri, Beritamadani.co.id – Seminar Nasional Budaya Panji merupakan salah satu Rangkaian Acara Festival Panji Nasional yang dilaksanakan pada Hari Senin, 17 Juli 2017, di Kawasan Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri. Seminar Nasional Budaya Panji ini terlaksana berkat kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri, yang dilaksanakan di Auditorium, Ruang Rapat Lt.VI, Monumen SLG., Kabupaten Kediri, dengan narasumber Prof.Dr.-Ing. Wardiman Djojonegoro (Promotor Budaya Panji) dan Prof.Dr. I Wayan Dibia, SST,MA. (Guru Besar Institut Seni Indonesia Denpasar).

Acara ini dihadiri oleh Dr. H. Jarianto, M.Si. (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur), Evie Wijayanti, M.Pd. (Kepala UPT. LPPK Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur), Drs. H. Masykuri, MM. (Wakil Bupati Kediri), Gembong Prajitno (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri), utusan dari Kota dan Kabupaten se Jawa Timur, seniman dan budayawan.

Seminar ini diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, kemudian dibuka oleh Drs. H. Masykuri, MM,(Wakil Bupati Kediri) ditandai dengan pemukulan gong sebagai tanda dimulainya Seminar Nasional Budaya Panji, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh para narasumber.

Dalam pemaparannya, Prof.Dr.-Ing. Wardiman Djojonegoro menyampaikan, “Alasan mengajukan Naskah Panji kedalam ingatan dunia atau Memory of the World (MoW) karena ada beberapa hal yang unik dalam perkembangan Panji diantaranya:

  1. Merupakan local genius nenek moyang kita. Pengarangnya banyak dan tidak mencantumkan nama penulis.
  2. Alur ceritanya adalah percintaan Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji yang tidak disetujui oleh orang tua menyebabkan kedua sejoli berkelana dan berpetualang, berperang, menyamar. Tetapi pada akhirnya bertemu kembali.
  3. Setiap Penulis mengikuti fantasinya sendiri dan mempergunakan bahasa dan adat istiadat lokal.
  4. Panji telah menginspirasi ungkapan seni lain seperti seni tari, seni wayang, seni pentas, seni topeng dan nenek moyang mengabadikan Panji dalam berbagai relief di candi-candi.
  5. Penyebaran Panji sampai keluar Jawa Timur, sampai ke Bali, Lombok, Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Sumatera. Di daerah, cerita Panji berkembang pesat dan ditulis dalam bahasa lokal. Di Bali nama Cerita Panji menjadi Malat.
  6. Pada abad ke 19 dibawa para pedagang menyeberang ke Malaysia, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand. Panji kemudian berganti nama, di Malaysia menjadi Hikayat, di Kamboja menjadi Eynao, di Thailand menjadi Inau.
  7. Masyarakat di Asia Tenggara sangat menggemari Tari Panji atau Inao/Eynao dan Bossaba yang berkembang di wilayah itu”.

Setelah pemaparan dari Prof.Dr.-Ing. Wardiman Djojonegoro, dilanjutkan dengan pemaparan dari Prof.Dr. I Wayan Dibia, SST,MA.

IMG-20170718-WA0016 IMG-20170718-WA0012

Dalam pemaparannya, Prof.Dr. I Wayan Dibia, SST.MA., menyampaikan, “Cerita Panji  di kalangan Masyarakat Bali lebih dikenal dengan nama Malat. Malat adalah salah satu sumber lakon terpenting dalam seni pertunjukan Bali. Cerita ini merupakan sumber lakon terbesar ketiga dalam seni pertunjukan Bali, setelah Epos Mahabharata dan Calon Arang”.

“Hingga dewasa ini di Bali masih ada sedikitnya tiga aktivitas budaya yang melibatkan Cerita Panji diantaranya sajian seni pertunjukan (igel-igelan), mendongeng (mesatwa) dan membaca Karya Sastra Panji (magaguritan)”.

“Di dalam tradisi Budaya Bali terdapat sembilan genre kesenian pertunjukan yang bisa disebut sebagai seni pertunjukan Panji karena menjadikan Cerita Panji sebagai sumber lakon. Genre-genre seni pertunjukan yang dimaksud adalah dramatari gambuh, tari legong keraton, wayang kulit gambuh, dramatari arja, barong landung, wayang kulit arja, tari kakebyaran, sendratari dan drama gong”.

“Di Bali, Cerita Panji (Malat) telah lama menjadi salah satu sumber penciptaan karya-karya baru. Seniman di Bali secara kreatif kreatif mengolah isi cerita untuk kemudian dituangkan ke dalam berbagai jenis karya baru. Ditengah-tengah pergeseran nilai-nilai sosio-kultural Masyarakat Bali, sebagai akibat dari pengaruh nilai-nilai budaya modern dan global, Cerita Panji masih tetap digemari di Bali karena cerita ini mengandung pesan-pesan moral serta nilai-nilai spriritual, sosial dan kultural yang sesuai dan relevan dalam kehidupan Masyarakat Bali dewasa ini”, pungkas Prof.Dr. I Wayan Dibia, SST,MA., mengakhiri pemaparannya.

Semoga kedepan akan lahir lebih banyak lagi karya-karya seni yang berinspirasikan Cerita Panji yang merupakan sebuah karya sastra agung dari Bumi Nusantara. Jika hal ini bisa terjadi, maka Jagat Seni Indonesia akan disemarakkan oleh karya baru bahkan kontemporer, menggunakan teknologi canggih namun masih tetap beridentitas budaya yang kuat yaitu Budaya Nusantara, warisan luhur nenek moyang kita. (Widya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Pekan Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kediri dan Festival Panji Nasional 2017
Next post Wayang Thengul Dalam Festival Panji