img-20160930-wa0021 img-20160930-wa0020

Malang, Beritamadani.co.id – Sahabat Madani, pada kesempatan Sharing#5 ini, penulis ingin sekali berbagi tentang anak berkebutuhan khusus tunarungu.  Seringkali kita menjumpai anak-anak, maupun dewasa, yang mempunyai kekurangan pendengaran. Tetapi apakah sudah benar bila kita menyebutnya anak tunarungu atau remaja tunarungu.  Di pembahasan kali ini mari kita belajar bersama apakah tunarungu itu. Dari beberapa sumber yang dipahami penulis, tunarungu adalah  anak yang kurang dan tidak dapat mendengar, bahkan terkadang mengalami kesulitan untuk bicara.

Lebih detailnya penulis sampaikan, tunarungu menurut IDEA (Individual Disability Education Act), bila dipilah berdasarkan tingkat gangguan pendengaran, bisa dikelompokkan menjadi:

  1. Gangguan pendengaran sangat ringan (27 – 40 dB)
  2. Gangguan pendengaran ringan (41 – 55 dB)
  3. Gangguan pendengaran sedang (56 – 70 dB)
  4. Gangguan pendengaran berat (71 – 90 dB)
  5. Gangguan pendengaran total (di atas 91 dB)

Menurut ahli yang lain, derajat gangguan pendengaran terdiri dari 6 golongan :

1. Golongan pendengaran normal :  Tidak ada masalah pendengaran, tingkat Desibelnya hingga 20dB. Pendengaran normal ini kekuatan suara yang dapat di tangkap seperti desir daun, detak jam tangan.

2.Golongan gangguan pendengaran ringan : Akan mengalami kesulitan mendengar suara pelan, namun masih bisa mendengar suara yang sedikit keras. Tingkat desibelnya 20 – 45dB, kekuatan suara yang tak mampu didengar seperti bisikan atau suara lembut, suara klik jari.

3.Golongan gangguan pendengaran sedang : Tak mampu mendengarkan percakapan normal meskipun lawan bicara berada di dekatnya, tetapi bila lawan bicara berbicara lebih keras, maka akan mampu ditangkap oleh pendengarannya. Ini dapat diatasi dengan memakai ABD (alat bantu dengar) dan Insyaalah pendengaran jadi normal kembali. Tingkat desibelnya 45 – 60dB, kekuatan suara yang tak bisa didengar antara lain percakapan normal walaupun kondisi tenang.

4.Golongan pendengaran sedang berat : Harus bercakap dengan suara keras dan insyaallah masih bisa ditangkap oleh sisa pendengaran. Bila menggunakan ABD makan tingkat pendengarannya insyaallah bisa menjadi normal. Tingkat desibelnya 60 – 70dB, kekuatan suara yang tak mempu di dengar seperti percakapan normal dan bel pintu.

5.Golongan pendengaran berat : Masih bisa mendengar suara keras sekali dan harus dekat, ini sudah wajib menggunakan ABD, karena tanpa ABD maka akan sangat sulit untuk mendengar, dan insyaallah pada tingkat dengar ini masih bisa mendengar seperti orang normal bila menggunakan ABD yang tepat, baik powernya maupun setingannya. Tingkat desibelnya 75 – 90dB, kekuatan suara yang tidak mampu didengar seperti dering telpon, guntur, tangis bayi dll.

6.Golongan pendengaran berat sekali : tingkat desibelnya 90dB keatas, pada gangguan dengar ini tak mampu mendengarkan suara truk, gergaji listrik, bor beton dll. Golongan ini sangat dibutuhkan penanganan khusus, bila tidak maka anak2 tunarungu akan sangat sulit untuk mendengar walaupun sudah menggunakan ABD,

Penyebab adanya gangguan pendengaran secara umum banyak disebabkan karena  :

  1. Gangguan pendengaran genetik bawaan , dimanan jika orang tua menderita ketulian makan akan berpengaruh pada anak
  2. Gangguan pendengaran sebelum lahir nongenetik, terjadi pada masa kehamilan ibu. Adanya virus, bakteri ataupun ibu hamil yang kekurangan gizi
  3. Pada kasus kelahiran prematur yaitu umur kehamilan yang kurang dari 9 bulan

Karakterstik khusus :

  • Tidak menyadari adanya bunyi
  • Tidak melihat ke sumber suara
  • Terlihat mendekatkan telinga pada sumber bunyi
  • Telinga mengeluarkan cairan
  • Berbicara keras dan tidak jelas
  • Sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat
  • Cenderung menggunakan mimik atau gerakan untuk berkomunikasi
  • Cenderung pemata (mendapatkan informasi dengan melihat langsung)

Cara membantunya :

  • Gunakan gambar dalam memperkenalkan kata / konsep baru
  • Bicara berhadapan muka dengan muka agar gerak bibir dan mimik terlihat
  • Bicara dengan artikulasi yang jelas
  • Gunakan bahasa isyarat
  • Gunakan bahasa tubuh
  • Gunakan komunikasi tulis
  • Gunakan cermin untuk latihan artikulasi
  • Meningkatkan pendengaran dengan cara duduk bersebelahan dan dekat dengan pengguna Alat Bantu Dengar.
  • Mengurangi bunyi bising di sekitarnya, seperti bunyi radio, televisi, AC dan sebagainya.
  • Bantu anak-anak itu dengan cara menggunakan “motherese” agar wicaranya lebih jelas.
  • Pilih aktivitas yang sesuai dengan minat dan umur anak-anak tersebut.

Belajar Artikulasi

Pada umumnya bagi anak tuna rungu suara ujaran vocal lebih mudah diucapkan daripada konsonan. Sebagai latihan pertama diberikan latihan senam mulut (mouth-training). Anak disuruh meniru mengucapkan vocal dasar berturut-turut, yaitu a/i/u/e/o berulang tanpa terputus. Vokal a yang paling mudah diucapkan sehingga diajarkan yang pertama kali. Untuk anak yang dapat mendengar mereka akan meniru dengan mengeluarkan suara a, bagi yang tidak di bantu dengan menggetarkan pita suaranya. Tangan anak diletakkan pada leher kita untuk mengetahui bahwa ada getaran di situ. Setelah itu huruf vokal selanjutnya.

Untuk konsonan ada pembagian beberapa karakter berdasarkan asal keluarnya huruf

  1. Konsonan bilabial (p/b/m) merupakan konsonan bibir, cara melatihnya usahakanlah agar konsonan itu tempatnya berubah-ubah dari di muka-di tengah-di belakangcontoh :  p papa apa map, b babi aba bab, m mama oma bom
  1. Konsonan dental (t/d/n) seperti halnya bilabial, cara melatihnya pun dengan pola yang sama
  2. Konsonan langit-langit lembut (k,g,ng) konsonan bilabial dan dental cara melafalkannya dapat terlihat langsung oleh anak. Konsonan langit-langit lembut sukar dilihat, oleh karena itu perlu kita beri petunjukuntuk memudahkan anak dalam meniru mengucapkannya.

Mulai dari pembentukkan ng dengan mempergunakan m sebagai alat yang sudah dikenal. Selagi m diucapkan bukalah bibir dan rahang anak perlahan. Untuk g dan k agak sulit untuk mengatasinya biarkanlah sementara waktu sehingga k nya lancar di ucapkan.

Untuk menyuarakan g, berilah latihan vocal, konsonan, vocal berkali kali Contoh : a k a (a g a) Kaki kakak kaku Gigi gaga gugu Gigi tang nganga Walaupun telah belajar artikulasi belum dapat dijamin bahwa anak tentu betul mengucapkannya.

Perlu di ingat, bahwa anak tetap tuli/kurang pendengaran, Mereka tidak mempunyai control untuk ucapannya sendiri. Lebih lagi dalam membaca kalimat yang panjang, ucapannya dapat lebih kabur lagi. Maka satu-satunya jalan ialah, segala sesuatu harus selalu diulang. Makin banyak diulang, makin lebih baik.

Belajar Mendengar

Aktivitas sehari-hari pada anak-anak dapat digunakan untuk meningkatkan pendengaran, ujaran, bahasa dan berpikir. Belajar mendengar tidak berhubungan dengan umur.

Perkembangan untuk meningkatkan pendengaran, terbagi dalam 3 bagian:

  1. Diskriminasi fonem dalam suku kata.
  2. Diskriminasi perkataan dalam ungkapan.
  3. Memori auditori

Perbedaan fonem dalam suku kata:

  • Menanggapi variasi vokal. Contoh: /u/, /a/, /i/ dan suara (br-r-r).
  • Menanggapi variasi konsonan. Contoh: (m-m-m), (b-b-b) dan (wa-wa).
  • Peniruan gerakan fisik (permulaan untuk bicara).
  • Mempergunakan peniruan kiu tangan (untuk produksi fonem spontan).
  • Peniruan kualitas variasi suara supra segmental pada fonem atau variasikan nada, irama dan durasi. Contoh: (ae-ae) (ae-ae), (ma) (ma), (m-a-a-a).
  • Peniruan pertukaran vokal diftong. Contoh: (a-u) (u-i) (a-i).
  • Peniruan variasi konsonan pada friktatif (gesekan, mis: f-v), nasal (sengau, mis: m-ng) dan posif (letusan, mis: p-t). Contoh: /h/ /h/ dengan /m/ /m/ /m/ dengan /b/ /b/.
  • Peniruan konsonan bersuara dan tidak bersuara, contoh: /b/ /b/ dengan /p/ /p/, kemudian variasikan dengan vokal. Contoh: (bo-bo) (pae-pae).
  • Peniruan suku kata dengan konsonan-vokal. Contoh: (ba-bo), (mi-mu).
  • Ganti komponen yang berlainan dan variasikan dengan vokal. Contoh: (ma-ma) (no-no); (bi-bi) (go-go).
  • Variasikan suku kata konsonan dengan vokal yang sama. Contoh: (bi-di), ko-go).

Perbedaan perkataan dalam ungkapan:

  • Memperkenalkan bunyi untuk kata yang bermakna. Contoh: ngung-ngung à pesawat, ngeng-ngeng à motor; tut-tut à kereta api.
  • Memperkenalkan 2 suku kata berlainan pada kata yang bermakna. Contoh: pisang, bunga.
  • Memperkenalkan kata yang bermakna konsonan awal sama dan vokal yang bervariasi. Contoh: bola, botak, bonsai.
  • Memperkenalkan kata-kata yang bermakna dengan perbedaan konsonan yang khas untuk p.o.a (point of articulation-penempatan alat ucap) dan m.o.a (manner of articulation -caranya).
  • Memperkenalkan konsonan awal yang sama dan konsonan akhir yang berlainan. Contoh: cap, cat.

Memori Pendengaran:

  • Mulailah dengan suara-suara yang berhubungan. Contoh: tik-tok dengan moo-oo-oo.
  • Memahami dan melakukannya. Contoh: tutup pintu, buka pintu.
  • Memperkenalkan kalimat dan mengulang kata-kata terakhir, kemudian kata-kata tengah. Contoh: Di mana bola kemudian lempar, lempar, lempar. Pegang hidung, hidung, hidung mancung.
  • Memperkenalkan kalimat, dimana kata akhir diletakkan di tengah. Contoh: Ambil gelas kemudian letakkan gelas di atas meja.
  • Pilih 2 objek kata dalam 1 kalimat. Contoh: Beri saya bola dan sepatu. Cuci kedua tanganmu.
  • Memperkenalkan obyek dengan cara mendengarkan uraian dalam kalimat. Contoh: Bila engkau mempunyai sayap, engkau dapat melakukan terbang ke atas langit.
  • Pilih 3 unit:

–   3 obyek. Contoh: saya mau buku, jeruk dan topi.

–    Kata benda, kata depan. Contoh: anjing itu di bawah kursi.

–    2 obyek dan penghubung. Contoh: beri saya apel bukan jus apel.

–    2 kata benda ditambah kata kerja. Contoh: kuda dan ayam sedang minum, boneka dan kucing duduk di kursi.

–    1 kata kerja dan 2 obyek. Contoh: cuci tangan dan kaki.

  • Memperkenalkan 4 sampai 5 unit:

–   4 obyek. Contoh: beri saya apel, buku, pensil dan penghapus.

–    2 kata kerja. Contoh: bapak sedang tidur dan ibu sedang duduk.

–    Variasikan perbedaan kata penghubung, kata depan dan kata kerja.

Contoh: ambil apel atau nanas di samping gelas itu atau berikan ibu jam bukan gelang.

–   Menambah keterangan waktu. Contoh: sebelum kamu tidur harus gosok gigi dulu.

–    Menambah uraian dalam kalimat. Contoh: Bapak makan kue dan minum teh kemudian duduk di depan televisi.

  • Melakukan percakapan dari topik yang telah diketahuinya.
  • Mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan.
  • Melakukan percakapan dengan topik yang diketahui oleh keluarganya.

Tahapan-Tahapan Peningkatan Kemampuan Pendengaran:

1.Deteksi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya bunyi dilakukan dalam permainan, dimana anak-anak belajar memberi jawaban  terhadap bunyi yang ia dengar. Frekuensi vocal yang mudah seperti (oo), yang sedang (ah) dan (brem-m-m), lebih mudah dideteksi oleh anak-anak, oleh karena mereka sering mendengar bunyi-bunyi konsonan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan bunyi-bunyi konsonan (m-m-m), (b-b-b) dan bisikan (baa), maka akan menambah pengenalan pendengaran.

2.Diskriminasi

Membedakan bunyi dalam hal kualitas, intensitas, durasi dan nada. Apabila anak-anak keliru dalam berkata, maka mereka harus belajar membedakan bunyi dulu.

3.Identifikasi

Bila anak-anak itu mulai menggunakan perkataan yang bermakna, maka orang tua dapat menambah bagaimana pendengaran anak tersebut dalam pembendaharaan katanya melalui permainan atau aktivitas sehari-hari.

4.Pemahaman

Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, bercerita dan memberikan lawan kata.

Dengan  teknologi yang sudah cukup canggih zaman sekarang, maka semua bisa diatasi dengan baik dengan menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD), kita jangan putus asa, maka tugas kita jika sebagai orang tua yang dititipkan Allah memiliki anak tunarunggu sangat berat untuk memperhatikannya, terutama mengamati respon yang dia ketahui, bila kita merasa responnya sangat kurang, maka kita sesegera mungkin waspada, apakah power dan setting ABD anak kita sudah sesuai dengan yang dia butuhkan, untuk mengetahuinya maka kita harus pergi ke tempat kita membeli ABD untuk minta dicek ulang, sehingga kita yakin bahwa ABD yang dipakai anak kita memang benar2 sudah sesuai. Dengan power dan settingan yang tepat maka anak-anak tunarungu sangat berat akan mampu mendengar dengan baik. Dengan bisa mendengar dengan baik maka anak-anak tunarungu sangat berat tentunya akan mampu juga berbicara, tetapi untuk melatihnya berbicara perlu penanganan khusus yaitu dengan terapi wicara.

Dalam pembelajaran di sekolah, untuk peserta didik tunarungu perlu diperhatikan hal-hal berikut :

  1. Meja/kursi membentuk setengah lingkaran
  2. ABD sesuai dengan tingkat ketunaan
  3. Pembiasaan apada keterarahanwajahan dan keteraarahansuaraan
  4. Guru berbicara dengan artikulasi yang jelas dan dengan intonasi yang keras
  5. Menggunakan media komunikasi untuk memperjelas kata dan atau kalimat yang akan disampaikan ( )ral, abjad jari, tulisan dan gambar)
  6. Perbanyak peragaan dengan berbagai benda sebenarnya atau gambar
  7. Posisi wajah guru berhadapan sejajar dan setinggi peserta didik
  8. Periksa alat bantu peserta didik setiap akan memulai pembelajaran
  9. Gunakan kalimat yang ringkas dan jelas
  10. Ulangi beberapa kali ungkapan guru jika peserta dididik tidak memahami penjelasan guru.

abktunarungu img-20160930-wa0019

Setelah kita belajar tentang tunarungu dari materi yang telah penulis bagikan diatas, marilah kita mengenal lebih jauh profile anak didik yang termasuk tunarungu yang berprestasi, yaitu Ananda Indra Krisfila. Ananda lahir di Kota Batu pada, 6 Desember 1998. Diantara teman-temannya ananda cukup menonjol dan berprestasi. Prestasi yang pernah diraihnya adalah pernah menjadi Juara I, Melukis Tingkat Nasional dan Juara II, Tenis Meja Tingkat Nasional SMALB.

Prestasi yang diraih ananda Indra Krisfila ini menunjukkan ABK tunarungu juga bisa berprestasi apabila mendapatkan dukungan, kesempatan dan kasih-sayang dari semua pihak, baik keluarga, sekolah dan pemerintah. Prestasi ini juga wajib kita sampaikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus yang lain, sehingga diharapkan menjadi motivasi untuk ikut berprestasi dibidang keahlian masing-masing.

Demikian ABK Sharing#5 Anak Tunarungu, semoga bermanfaat dan semakin menambah keilmuan kita. Untuk minggu depan penulis akan berbagi informasi dengan materi tentang anak berkebutuhan khusus yang lain. Mari kita sayangi mereka(ABK) karena mereka berhak mendapatkan kasih sayang yang sama seperti anak-anak normal yang lain.

Penulis: Firdiani Yuliana, S.Psi

Daftar Pustaka:

  1. Rosmadewi, And.TW dalam Makalah “Mengajar Anak Bicara” yang diberikan pada Simposium Sehari “Mengenal Keterlambatan Wicara Pada Anak” (7 Agustus 2004)
  2. Aulia Fadhli, Buku Pintar Kesehatan Anak, Pustaka Anggrek 2010.
  3. Ekojdatmiko Sukarso, Pedoman Manajemen dn pembelajaran sekolah Inklusi Tuna Rungu (B). Direktorat Pembinaan SLB, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan menengah. Kementerian pendidikan Nasional 2010.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Aliansi LSM Dan Ormas Peduli Petani Kediri Raya Berunjuk-rasa Di Depan Kantor DPRD Kabupaten Kediri
Next post Persiapan Jelang Kirab 1 Suro Di Sendang Tirto Kamandanu Desa Menang Pagu Kediri