Kediri, Beritamadani.co.id – Gambaran Sejarah Dusun Dhoko didapatkan ketika Wartawan Beritamadani.co.id, menemui Ki Laminem Joyongulono (Juru Kunci Dusun Dhoko) di Padepokannya yang terletak di sebelah barat Petilasan Prabu Anom di Dusun Dhoko Desa Dhoko Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Beliau menyampaikan Asal Mula Nama Dusun Dhoko dari Ki Ageng Dhoko. Kemudian Ki Laminem menceritakan sejarah pada Zaman Prabu Sri Aji Joyoboyo Tahun 1135. Ketika perjalanan Sang Prabu di Gunung Tunggorono bertemu 2 orang Pendeta yaitu Ki Ageng Dhoho (Pendeta yang tua) dan Ki Ageng Dhoko (Pendeta yang muda). Dua Pendeta tersebut minta mengabdi di Kerajaan Kediri kepada Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo dan akhirnya diterima.
Ki Ageng Dhoho diberi tugas untuk menguasai dan menjaga keamanan di sebelah barat sungai brantas sedangkan Ki Ageng Dhoko untuk menguasai dan menjaga keamanan di sebelah timur sungai brantas. Kemudian Ki Ageng Dhoho dan Ki Ageng Dhoko mendapatkan Mandat dari Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo untuk babat alas (membuka hutan) di sebelah selatan Kerajaan Kediri.

Ki Ageng Dhoho diberi tambahan nama Ki Ageng Buto Locoyo dan pangkat Patih Kerajaan Kediri untuk menguasai Wilayah Barat Sungai Brantas sedangkan Ki Ageng Dhoko juga mendapatkan tambahan nama Ki Ageng Tunggul Wulung juga mendapatkan pangkat patih untuk menguasai Wilayah Timur Sungai Brantas. Dan tugas -tugas  Pendeta itu untuk mengawasi Putra Mahkota Sri Aji Joyoboyo yang bertapa di Gunung Klotok yaitu Pangeran Anom tepatnya di Goa Selobale. Prabu Anom (Pangeran Pati) nama sebenarnya dirahasiakan.

Penerus Kerajaan Kediri yaitu Prabu Anom (Pangeran Pati) yang berguru kepada 2 Patih (Pendeta) tersebut sebagai Penerus Pemerintahan Kerajaan Kediri. Dalam pemerintahan di bantu para Senopati misalnya Ki Ageng Kendil Wesi ahli ketatanegaraan, Ki Ageng Iromantri ahli keprajuritan, Raden Ajeng Rengganit yang mengatur para mantri-mantri kerajaan. Menurut juru kunci, setiap Sekaten ada Kirab Budaya, Selamatan, Tumpengan disebelah timur yaitu Ki Ageng Dhoko dan sebelah barat Ki Ageng Dhoho.

Rangkaian acara hiburan antara lain Seni Jaranan, Wayangan, Tayub yang sering dipentaskan. Acara ini sering dibantu oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri. Uniknya event seperti ini sejak Zaman Pemerintahan Mataram Yogyakarta, pemerintahan Hindia Belanda, zaman Jepang, pemerintahan RI sampai sekarang tetap diadakan dan dilestarikan. Menurut juru kunci hal tersebut untuk tetap dilestarikan dan dikembangkan di masa-masa mendatang. Anehnya di zaman dulu kegiatan sekaten ini tidak dilarang oleh pemerintahan pada zaman apapun. Padahal di lain tempat dilarang. (Made Sumadi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Seminar Budaya, Kejayaan Sejarah Bangsa
Next post Melacak Petilasan Sri Aji Joyoboyo dan Sendang Tirto Kamandanu