IMG-20170923-WA0048 IMG-20170923-WA0054

Kediri, Beritamadani.co.id –  Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, bekerjasama dengan Yayasan Hondodento Yogyakarta, mengadakan Upacara Ritual 1 Suro. Acara ini merupakan event  tahunan yang mengandung daya tarik yang sangat luar biasa untuk Masyarakat Kediri dan sekitarnya. Karena Desa Menang memiliki icon Wisata Religi Sendang Tirto Kamandanu dan Pamuksan Sri Aji Jayabaya, yang merupakan wisata sejarah dan dua icon wisata ini merupakan satu kesatuan utuh, karena dikisahkan sebelum muksa Sri Aji Jayabaya menyucikan diri di Sendang Tirto Kamandanu.

Upacara Ritual 1 Suro dilaksanakan pada Hari Kamis, 21 September 2017, mulai Pukul 08.45 WIB sampai dengan Pukul 12.45 WIB, dengan rute dari Balai Desa Menang, Pamuksan Sri Aji Jayabaya, kemudian finish di Sendang Tirto Kamandanu, dengan menempuh jarak kurang lebih 1000 meter. Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri, Anggota DPRD Jawa Timur, Forpimcam Pagu, Ketua Yayasan Hondodento Yogyakarta beserta rombongan, Lembaga Pelindung Pelestari Budaya Nusantara, Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia, Komunitas Pati, Paguyuban Roso Sejati, Paguyuban Garuda Mukha, Komunitas Pasak, dan para pelaku budaya yang ada di Kabupaten Kediri dan sekitarnya.

Sebelum acara kirab dimulai, terlebih dahulu diadakan acara ceremonial pembukaan, menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mengheningkan cipta, Pagelaran Seni Tari Bedoyo, serah terima Pusaka Kyai Bima dari Yayasan Hondodento kepada pelaku upacara, Laporan Kepala Desa Menang, Sambutan Kusnadi, SH.,M.Hum., selaku Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, kemudian pemberangkatan Peserta Upacara Ritual 1 Suro oleh Ir. Adi Suwignyo, M.Si., Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kediri.

IMG-20170923-WA0046 IMG-20170923-WA0050

Saat dikonfirmasi Awak Beritamadani.co.id, Kusnadi, SH., M.Hum., Wakil Ketua DPRD Jawa Timur menyampaikan, “Saya kemari mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Timur, karena memang sekarang ini yang harus kita kembangkan adalah kebudayaan dan pariwisata. Kita Pemerintah Provinsi Jawa Timur bukan tidak membangun bidang-bidang yang lain tapi kita mencoba mengembangkan budaya”.

“Kita sebenarnya punya wisata sejarah dan wisata alam. Sayangnya kita tidak punya data sejarah tiap-tiap wilayah, yang ada itu adalah legenda. Kemudian coba legenda ini kita telusuri kebenarannya dan kemudian kita kembangkan secara bersama-sama. Selain wisata sejarah karena kondisi geografis kita yang seperti ini pasti ada wisata alamnya juga. Bagaimana kemudian wisata sejarah dan wisata alam kita publikasikan untuk menarik minat orang-orang datang kesana”, pungkas Kusnadi.

Para Peserta Upacara Ritual 1 Suro berangkat menuju Pamuksan Sri Aji Jayabaya, setelah diberangkatkan oleh Ir. Adi Suwignyo, M.Si., Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kediri. Sesampainya di Pamuksan Sri Aji Jayabaya, upacara ritual dimulai dengan pembukaan, mengheningkan cipta, juru kunci mohon izin, caos dhahar yang dilakukan oleh Kepala Desa, Ketua Ritual, Ketua Yayasan Hondodento dan juga Ketua Rombongan dan pejabat-pejabat tinggi yang lainnya. Kemudian tabur bunga yang dilakukan oleh 16 remaja putri yang masih perawan suci, pengambilan pusaka dan  peletakan pusaka, unjuk atur, unjuk lengser, doa itu merupakan tatanan yang dilakukan oleh pengarah acara.

  IMG-20170923-WA0052IMG-20170923-WA0053

Setelah acara di Pamuksan Sri Aji Jayabaya berakhir, peserta upacara melanjutkan perjalanan menuju Sendang Tirta Kamandanu. Pelaku dan tata caranya juga sama seperti di Pamuksan Sri Aji Jayabaya hanya saja Payung Songsong Tiga dan baki tidak ikut di bawa ke Sendang Tirta Kamandanu karena Payung Songsong Tiga merupakan lambang payung raja diraja atau lambang kedekatan raja dengan dewa. Jadi payung songsong tiga merupakan lambang raja yang besar.

Awak Beritamadani.co.id menemui Drs. H. Subianto, MM., menyampaikan,”Bahwa budaya yang semacam ini harus dilestarikan. Karena menurut sejarahnya Sri Aji Jayabaya sebagai icon tentunya juga terus kita kembangkan. Kami di Jawa Timur juga melihat apa-apa saja yang nanti bisa kita suportkan dari Jawa Timur. Kita akan melihat langsung  potensi yang luar biasa ini. Bahkan kalau pemerintah daerah bekerjasama langsung dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini bisa dikembangkan sebagai wisata budaya yang tentunya harapan kita selain melestarikan budaya yang ada, lebih terarah kepada ekonomi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya dan ini tinggal mengembangkan saja. Ini moment yang tepat dan nanti kita juga ingin masukan-masukan dari masyarakat kira-kira apa yang diinginkan dari Jawa Timur akan kita sampaikan kita salurkan karena merupakan bagian yang tak terlupakan dari pembangunan budaya yang ada”.

  IMG-20170923-WA0051 IMG-20170923-WA0055

Ditempat terpisah Awak Beritamadani.co.id menemui Ki Suratin selaku Penanggung Jawab Upacara Ritual 1 Suro. Ki Suratin menyampaikan, “Grebeg Suro di Pamenang ini dinamakan Upacara 1 Suro atau upacara ritual sakral hubungan manusia dengan gaib yang melestarikan, membudayakan dan mengenang Peninggalan Sejarah di Zaman Kerajaan Kediri yang terkenal Sang Prabu Sri Aji Jayabaya, yang terkenal dengan suatu jangka yang dulu memerintah Abad ke 10, Tahun 1135 – 1157 dan sampai sekarang beliau selalu dikenang karena seorang ahli jangka. Jangka itu mengupas atau membuka tabir masa yang akan datang atau menceritakan sesuatu yang akan datang ditahun 2000an. Dan cerita jangka itu banyak yang terbukti dan jangka itu dinamakan “Jangka Jayabaya””.

“Tamu undangan tidak terhitung banyaknya. Tamu dari Paguyuban terutama dari Lembaga Pelindung Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) yang berpusat Blitar yang dipimpin oleh Ki Aris Sugito dan banyak paguyuban lain yang menamakan paguyuban ritual yang berbentuk suatu adat kejawen. Tapi kalau pelaku upacara dari masyarakat Desa Menang dan sekitarnya dibantu oleh pelaku dari beberapa penjuru yang ikut berpartisipasi tentang budaya yang ada. Upacara ini untuk umum, siapa saja boleh ikut asalkan berpakaian adat dan bisa melaksanakan tugasnya masing-masing”.

 IMG-20170923-WA0056IMG-20170923-WA0047

“Pelaku upacara dari Yogyakarta pasti ada karena upacara dan sejarah peninggalan Jayabaya atau bangunan ritual ini berkaitan dengan Yogyakarta yang dulu bernama Keluarga Besar Honto yang sekarang menjelma menjadi Yayasan Hondodento. Pelaku upacara dari Yayasan Hondodento setiap tahun juga ikut upacara dan membawa suatu Pusaka Bima yang nanti ada serah terima dari pelaku upacara yang diterima dari Yayasan Hondodento. Pusaka Bima bentuknya melengkung dan panjang itu adalah Tombak Kyai Bima yang merupakan suatu andalan Kerajaan Kediri yang tersimpan di Yogyakarta atau di Yayasan Hondodento. Upacara ini berlangsung sejak Tahun 1976 sampai sekarang. Pada waktu dulu yang menjadi pelaku utama dari Yogyakarta kemudian diserahkan kepada desa sehingga pelaksanaan upacara dilaksanakan oleh warga desa”.

Upacara Ritual 1 Suro di Pamuksan Sri Aji Jayabaya dan di Sendang Tirto Kamandanu ini berlangsung dengan khidmad dan tertib namun juga sangat meriah karena ini merupakan salah satu event tahunan yang sangat dinantikan oleh Masyarakat Kediri dan sekitarnya. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya Upacara Ritual 1 Suro ini. Semoga tahun depan acara ini bisa lebih meriah lagi. (Widya)

One thought on “Upacara Ritual 1 Suro

  1. Luar Biasa kami sebagai Generasi Muda sangat berterima kasih kepada Para Leluhur yang telah Membangun Bangsa Yang Besar ini utk dipertahankan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Verifikasi Pelaksanaan BBGRM Tingkat Nasional di Ngadirojo Pacitan
Next post Ritual Sesaji Gunung Kelud 2017