IMG-20170629-WA0013 IMG-20170629-WA0010

Blitar, Beritamadani.co.id – Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN), telah berhasil mengadakan Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6, di Candi Palah Penataran, pada Tanggal 27 Juni 2017. Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6 ini mengambil tema “Memayu Jiwa Layang Suci Jawi”, sebuah jembatan budaya kesinambungan kebesaran bangsa dari masa ke masa.

Candi Palah Penataran adalah Candi terbesar di Jawa Timur dan satu-satunya Candi Negara pada era Jaman Kediri, Singhasari, Majapahit, sampai sekarang, Candi yang dibangun untuk semua kepercayaan / keyakinan. Candi Palah Penataran sebagai Pusat Spiritual Nusantara, terletak di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.

Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6 ini merupakan sebuah kegiatan Peringatan Peresmian Candi Palah Penataran, yang ke-820. Perjalanan kirab dimulai dari Situs Balekambang sampai ke Candi Palah Penataran, dengan jarak tempuh sekitar 2 Km.

IMG-20170629-WA0000 IMG-20170629-WA0019

Peserta kirab sudah melakukan persiapan di Situs Balekambang sejak Pukul 12.00 WIB. Karena cuaca yang kurang bersahabat dan tiba-tiba hujan turun sangat deras, kirab yang awalnya dijadwalkan start Pukul 13.00 WIB, akhirnya mundur sampai Pukul 14.30 WIB, menunggu hujannya reda.

Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6 ini diawali dengan upacara ritual di Situs Balekambang, kemudian langsung start kirab dari Situs Balekambang menuju Candi Palah Penataran. Dengan urutan barisan kirab paling depan pasukan berkuda, sesepuh pinisepuh yang memimpin ritual kirab, mbok ireng, pembawa bendera, tumpeng hasil bumi (berupa sayur mayur), tumpeng “agung” mateng, brahmana dan undangan dari instansi yang terkait, berbagai Paguyuban Kejawen, Paguyuban Kepercayaan dari Kediri, Blitar, Tulungagung, Malang, Yogyakarta, Bali dan berbagai elemen masyarakat.

Saat dikonfirmasi Awak Beritamadani.co.id, Ki Aris Sugito menyampaikan, “Mbok Ireng sebagai cucuk lampah yang memiliki senjata sodo lanang tumbak sewu (penebah, red) tugasnya untuk membersihkan sukerto sukerti (semua sifat kejahatan, red) pada saat berjalannya kirab. Mbok Ireng berjumlah 11 orang, yang mempunyai makna selalu memiliki sifat belas kasih dan sebagai perlambang perwakilan dari 4 unsur alam”.

IMG-20170629-WA0020 IMG-20170629-WA0015

Sodo lanang tumbak sewu lidinya berjumlah 33, karena sesuai dengan jumlah naptu hari maupun pasaran (dalam Kalender Jawa, red) sebagai perlambang kehidupan dari 4 unsur alam yaitu air, api, angin, tanah dan monco warna. Tugas utama mbok Ireng sebagai pamomong dan juga sebagai penyingkir segala sengkolo, rubedo dan sebagai lambang-lambang tuntunan hidup”, pungkas Ki Aris Sugito.

Saat memasuki pintu Gerbang Gapura Candi Palah Penataran, peserta kirab disambut oleh Ki Suratin, selaku pembawa acara dengan iringan Gending Jawa kemudian peserta kirab menghaturkan penghormatan, selanjutnya pemimpin bedol kirab menyerahkan pusaka, bendera, panji-panji, payung songsong buwono, kepada Pemimpin Upacara Kirab di Candi Palah Penataran.

Semua peserta kirab memutari Candi Induk Palah Penataran, dengan disambut oleh Tarian Jatayu dan Murwakala, Gayatri Ing Penataran kolaborasi oleh Yongki Irawan, Mey Saphira dan Santon, kemudian pemberian tirta kepada pinisepuh pemimpin ritual yang memimpin upacara.

IMG-20170629-WA0007 IMG-20170629-WA0011

Kemudian peserta kirab mengelilingi Candi Palah Penataran sebanyak 3 kali, dari arah kanan sesuai dengan cara membaca relief candi dalam Kisah Ramayana. Setelah mengitari candi, para pinisepuh langsung naik ke lantai paling atas atau puncak candi kemudian mengadakan upacara ritual. Setelah upacara ritual di puncak candi, semua peserta kirab turun disambut dengan tarian teaterikal “Nuswantara Manunggal”, dari Kelompok Teater Celoteh Malang.

Setelah tarian teaterikal selesai, dilanjutkan dengan acara seremonial, menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Pembacaan Teks Pancasila oleh Rengga, Pembacaan Prasasti Palah oleh Satrio Wijoyo Kusumo, SH.,MH., Laporan Ketua Panitia Pelaksana Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6, oleh Ki Dian Prio Gunanto, Sambutan Penyelenggara Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6, yaitu Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara oleh Ki Aris Sugito, Genduri dipimpin oleh Ki Asmani, Doa Budaya dipimpin oleh Romo Lukmin, Gembul Bujono dan Rebut Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” dan penutupan.

Dalam sambutannya, Ki Dian Prio Gunanto selaku Ketua Panitia Pelaksana Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6, melaporkan, “Ada sedikit keterlambatan prosesi kirab karena guyuran hujan namun ini tidak mengurangi semangat kita untuk tetap melaksanakan Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6 ini. Semoga dengan guyuran hujan ini menambah barokah untuk kita semua. Semua yang terjadi disini semoga bisa berpengaruh pada Kawasan Penataran. Terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga kita telah sukses melaksanakan acara ini.”

IMG-20170629-WA0016 IMG-20170629-WA0012

Dalam sambutannya, Ki Aris Sugito selaku Ketua Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) menyampaikan, “Kita melaksanakan Kirab Tumpeng Agung Nusantara untuk melestarikan budaya bangsa kita. Semoga ajaran leluhur kita bisa ngremboko se Nusantara. Prasasti Palah dibaca supaya kita tidak keliru dalam melestarikan budaya”.

“Candi Penataran adalah Candi untuk semua umat yang harus kita lestarikan dan harus kita jaga. Walaupun banyak rong-rongan, kita buktikan bahwa kita masih bisa bertahan dan harus bertahan. Mudah-mudahan ditahun-tahun yang akan datang lebih sukses lagi. Agenda acara selanjutnya, Tanggal 01 Juli 2017, akan diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon “Babat Wonomarto” di Kawasan Sekitar Candi Penataran”, pungkas Ki Aris Sugito.

Acara Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ke-6 ini berlangsung dengan khidmad, tertib dan meriah. Ini terlihat dari antusias peserta kirab dan juga masyarakat sekitar yang setia mengikuti jalannya Kirab Tumpeng Agung Nusantara “Gotong Royong” ini sampai dengan selesai.  (Widya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Jamasan Menjelang Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong-Royong Ke-6
Next post Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk Dengan Lakon “Babat Wono Marto”