IMG-20160706-WA0035IMG-20160706-WA0047

Blitar, Beritamadani .co.id, Rabu, 6 Juli 2016. Umat Islam  di seluruh tanah air pada hari ini, tahun ini,  mendapat berkah  dari  Allah SWT yang paling besar dan patut disyukuri, yakni  dua Organisasi Islam terbesar di  Indonesia,  NU dan Muhammadiyah, bisa bersamaan merayakan Idul Fitri dan melaksanakan Ibadah Sholat  Id, 1 Syawal 1437 H (Idul Fitri, red) dihari dan jam yang relarif sama.

Seperti yang terjadi di Kota Blitar hari ini. Sejak Pukul 05.00 Wib, pagi hari, Masyarakat Blitar yang mayoritas muslim, mulai mendatangi tempat- tempat yang disiapkan untuk melaksanakan Sholat Id. Di lapangan, Mushola dan  Masjid.  Di Kota Blitar Sholat Id dipusatkan di tempat yang paling luas dan besar di pusat kota, yakni di Masjid Agung, Jl. Masjid,  yang berlokasi di Depan Alun-Alun, Kota Blitar.

Jamaah yang ikut melaksanakan Sholat Id pada pagi hari ini, meluber sampai ke Jalan Merdeka ( kurang lebih 500 meter dari Serambi Masjid Agung, red). Lebih dari 50 ribu jamaah tertib mengikuti acara yang dimulai Pukul 06.45 Wib, diawali dengan  pembacaan sambutan dari Walikota Blitar, H.Samanhudi Anwar, SH.  Sholat Id dimulai tepat Pukul 07.00 Wib dan rangkaian acara selesai kira-kira Pukul  8.00 Wib.

IMG-20160706-WA0082 IMG-20160706-WA0028

Hadir dalam acara ini, Walikota Blitar, Kakandepag Kota Blitar, Dan Yon 511, Kapolresta dan seluruh jajaran pimpinan daerah yang tergabung dalam Forpimda Kota Blitar, juga dihadiri Kepala Pengadilan Negeri, Ketua DPRD Kota Blitar beserta pimpinan yang lain, Ulama dan Tokoh Masyarakat Blitar

Walikota Blitar dalam sambutan yang dibacakan H.Santosa, M.Pd. (Wakil Walikota) menyatakan. “Dimana-mana, di seluruh penjuru tanah air hari ini takbir, tahmid, tahlil terus berkumandang merupakan wujud syukur kita terhadap Rahmad Allah SWT, semoga kita senantiasa mendapat syafaatNya”. “Kepada seluruh Masyarakat Kota Blitar kami mengucapkan terimakasih selama Ramadhan suasana Blitar aman kondusif, dan selamat datang kembali ke kampung halaman bagi warga yang baru mudik dari luar kota”. “Semoga silaturohmi di Hari Idul Fitri ini membawa berkah bagi kita semua”.

“Sejak dilantik pada Tahun 2016 awal yang lalu, kami telah bertekad dengan APBD Pro Rakyat Jilid 2. ( lanjutan periode pertama Walikota Samanhudi, red), dengan prinsip. “Satu untuk semua dan semua untuk satu”, dengan begitu masyarakat semakin sejahtera, Kota Blitar terus maju dengan indek pembangunan manusia yang semakin membaik”. “Angka usia lahir meningkat, pendidikan gratis berjalan lancar, derajat kesehatan meningkat, infrastruktur semakin baik dan Kota Blitar banyak mendapat penghargaan”.

“Ini berkah semboyan kita Rukun Agawe Santosa”. “Terimakasih atas partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, terus kami diberi masukan agar pembangunan memberi nilai manfaat maslahah”.” Idul Fitri ini menjadi monentum yang tepat bagi kita untuk membuka pintu maaf dan saling memaafkan”. “Selamat Idul Fitri!!”.

Atas nama pribadi dan pemerintah kami ucapkan.” Taqobal minha wa minkum, Taqobal minnallah, Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan bathin, dan mari selanjutnya melaksanakan Sholat Id bersama- sama, jangan meninggalkan tempat sebelum khotbah berakhir”. Demikian H. Santosa mengakhiri membacakan sambutan Walikota Blitar dan selanjutnya pelaksanaan Sholat Sunnat Idul Fitri, yang pada tahun ini masuk di Tahun 1437 Hijriah.

IMG-20160706-WA0085 IMG-20160706-WA0052

KH.Maksum Yusuf, SH ., yang kali ini bertindak sebagai Khotib menyatakan. “Bahwa tujuan akhir Puasa Ramadhan adalah menggapai rasa syukur pada Illahi”. “Hidup di dunia ini terasa sebentar saja”. “Hidup yang akan datang terasa masih jauh, tapi walaupun jauh harus kita persiapkan dengan baik, harus kita tingkatkan derajat rohani kita dengan terus meningkatkan nilai ibadah”. “Salah satunya adalah mengeluarkan zakat fitrah”.”Bulan Ramadhan yang penuh berkah, adalah bulan yang mengajarkan kasih sayang dari Allah untuk hamba, dari hamba kepada sesama, mari kita ingat pada sebuah hadist berikut”.

“Hadits ini dikisahkan oleh Anas Bin Malik, pada suatu hari di Hari Lebaran, di majelis yang dihadiri Nabi,  duduk termenung seorang anak sambil mengusap airmatanya. Anak itu memandangi teman-teman seusianya, bergembira dengan baju barunya, dengan menyantab  makanan yang lezat, dengan wajah penuh kepuasan, kemanjaan  dikelilingi orang tuanya dan seluruh keluarga yang menyayanginya”. “Rasulullah lalu menghampiri anak yang sendirian duduk di pojok tempat yang jauh dari keramaian dengan wajah memelas tersebut, ” Hai anak, mengapa di hari bahagia ini engkau malah menangis?”.” Adakah sesuatu yang membuatmu sangat sedih?”. Tanya Rasulullah.

“Hai laki laki dewasa, aku besedih hari ini karena aku tidak bisa seperti teman-temanku yang memakai baju baru, makan makanan lezat, tertawa-tawa di samping orang tuanya”. “Sementara ayahku dulu itu mati di medan perang, saat berjuang bersama Rasulullah”. “Ibuku menikah lagi dan ayah tiriku menyita semua harta peninggalan ayahku”.” Kini aku sendirian tanpa makanan, dengan baju tambalan, dihari raya ini”, jawab anak itu dengan derai air mata tanpa tahu dengan siapa dia berhadapan. “Hai anak, sukakah engkau jika aku sekarang menjadi ayahmu, menggantikan ayahmu yang meninggal saat berjuang demi Agama Allah, sukakah engkau jika Khadijah menjadi ibumu, Fatimah menjadi bibimu dan Ali menjadi pamanmu?…”.

Anak itu memandangi terus kepada orang yang disebut lelaki dewasa itu, sampai akhirnya sadar bahwa yang dihadapinya adalah Nabi Muhammad yang Mulia. Anak itu langsung dipegang pundaknya oleh Rasulullah dan anak tersebut memeluk erat Nabi, bergembira sekali, tiba-tiba bersyukur sekali dan sejak saat itu dia tidak merasa yatim dan miskin lagi. Dia merasa menjadi anak yang paling beruntung di dunia. Menjadi keluarga Rasulullah yang pasti dijamin bahagia dunia akherat.

Alangkah bahagia Rasulullah bisa menghilangkan kesedihan anak yatim di hari raya. Inilah hikmah kisah tersebut. Yang yatim merasa punya orang tua, yang memberi bisa mendapat bahagia karena bahagia yang sesungguhnya di dunia ini adalah bahagia dengan berbagi kepada sesama atas dasar rasa kemanusiaan. Jadi ketika 1 persen saja Rahmad Allah ditebar diturunkan ke bumi, maka saling kasih itupun bertebaran, menjadikan anak yatim tidak merasa yatim, ibu dan ayah menjadi sangat sayang pada anaknya, binatang buaspun menjadi jinak seketika. Sebaliknya, jika 1 persen saja kejahatan manusia menebar ke bumi, maka dunia ini akan menjadi sangat jahat. Ibu rela membunuh bayinya, anak membunuh orangtuanya. Istri  jahat pada suaminya. Suami jahat kepada istrinya. Perilaku manusia menjadi rakus, gila harta, hedonis, individualis, hidup di dunia seperti di neraka. Bumi Nusantara kehilangan berkahnya. Marilah kita ingat bahwa semua perbuatan kita akan dihisap, mari kita meningkatkan iman kita, berakhlak mulia, Insyaallah, Rahmat Allah tidak dicabut dari Bumi Nusantara ini. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan para malaikat berkenan memintakan ampun Kepada Allah untuk kita”, KH.Maksum Yusuf, SH., mengakhiri khotbahnya dengan doa, dan jamaah di luar Masjid tersentak tiba-tiba yang di alun alun tertegun, jamaah yang di jalan raya menengadah kelangit, langit seakan membuka pintu RahmatNya. Jutaan butiran putih nan lembut jatuh dari langit, seperti pasir putih. (butiran salju berwarna putih, red). Semua jamaah yang di luar masjid melihatnya. Setelah selesai khotbah, hujan salju putih lembut tersebut juga selesai.

“Subhanallah Walhamdulillah Wa Iaillaha Ilallah Allahu akbar, …semoga ini pertanda Rahmad Allah, walau hanya 1 persen, diturunkan di Bumi Bung Karno, Bumi Nusantara ini”, teriak lirih jamaah perempuan dekat pintu barat Alun-alun Kota Blitar. (Wasis/Titik Marlina)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Pembagian Zakat Dan Kegiatan Takbir Keliling di Desa Pandan Kidul Badas Kabupaten Kediri
Next post Program Peningkatan Pasar Desa Menuju Masyarakat Bangkok Sejahtera