DSC02730

Blitar, Beritamadani.co.id –  Demo Melukis Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul,dilaksanakan pada, 25-27 Juni 2016, bertempat di Komplek Candi  Palah Penataran (di utara candi induk, red). Dilakukan oleh Dian Brew yang merupakan seorang pelukis lama yang melanglang-buana di manca-negara seperti di Australia, Benua Eropa dan juga sering mengadakan Pameran di Indonesia.

Demo melukis Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul dimulai sejak Minggu malam, 25 – 27 Juni 2016, pagi hari, menjelang Kirab Tumpeng Agung Nusantara 5, sore ini (Senin, 27 Juni, Red). Melukisnya dimulai dengan prosesi ritual yang dipimpin Para Pinisepuh LP2BN, 25 Juni 2016, Jam 22.00 Wib, bertempat di utara candi, menghadap selatan ke candi induk. Setengah jam kemudian, Dian Brew mulai mencoret-coret diatas kanvas, setelah Ki Ripto Badar Samadi memperkenankan mulai proses melukis: “Landing Ratu Kidul sudah tersenyum memberi restu pada acara kita  (Tumpeng Agung 5,red)”.” Monggo Mas Dian mulai melukiskannya”, atur Ki Ripto kepada pelukis yang jebolan IKIP Malang tersebut.

Langit malam mulai cerah di atas Altar Suci Rabut Palah. Bintang-bintang mulai nampak dari berbagai arah. Namun satu bintang besar tiba-tiba muncul 30 derajat di langit selatan, dengan pijar yang gebyar gemebyar. Angin malam ini pun terasa aneh. Perasaan ganjil mulai bisa dirasakan oleh Awak Beritamadani.co.id, yang malam ini hadir diantara Pengurus/Panitia Tumpeng Agung. Apakah perasaan ganjil ini juga dirasakan yang lain?.

“Kang, bisa melihat sosok perempuan cantik di atas altar suci itu?”. Tanya Topan kepada Awak Beritamadani co.id: “Yang mana?”. “Saya tidak bisa melihatnya”, “tapi memang saya merasakan ada sesuatu yang ganjil sejak setengah jam yang lalu dan awan di atas di kiri-kanan altar itu kok seperti pasukan berbaris”.

DSC02728

Tepat pukul 12 malam Dian Brew sang pelukis, memberhentikan kegiatannya. “Seperti janji saya sebelumnya, prosesi melukis malam ini berhenti Jam 12 Wib(malam,red). Dan ini sudah selesai 10 persen lukisan beliau”. “Besok saya lanjutkan sampai selesai, Senin Pagi menjelang Kirab Tumpeng Agung”, jelas Dian Brew kepada hadirin.

Mengapa harus melukis Ratu Laut Selatan?. “Keterikatan Kanjeng Ratu Kidul pada Candi Palah Penataran, pada Para Raja-raja Penguasa Tanah Jawa sangatlah erat dan dekat sekali”. Dian Brew menjelaskan filosofi mengapa harus Nyi Ratu Segara Kidul yang dilukis: “Pada Tumpeng Agung Nusantara 5 ini, memang sudah saatnya kita minta ijin beliau untuk berkenan hadir”.” Karena sudah 4 kali (selama 4 tahun, red), Tumpeng Agung dilaksanakan tapi beliau belum berkenan hadir, semoga dengan prosesi ritual yang dipimpin Para Pinisepuh malam ini, beliau berkenan hadir dan bisa untuk sarana kita menguak tabir atas kahanan apa yg terjadi sekarang, di Nusantara kita dan yang akan datang”.

“Saya hanya seorang pelukis, bisanya melukis”. Dan kebetulan lukisan ini adalah ditender oleh seorang pengusaha dan Sesepuh Suku Dayak Kalimantan (kolektor, red) dan hasil mahar lukisan ini kami donasikan untuk kegiatan Kirab Tumpeng Agung 5 tahun ini, agar sedikit bisa membantu meringankan tugas panitia”.” Semoga berkenan”.

Ditemui malam ini di pendopo belakang candi, Romo Lukmin salah seorang Pinisepuh menyatakan bahwa, “Nyi Dewi (Kanjeng Ratu Segara Kidul, red) dalam pandangan Hindu adalah Dewi Saraswati, Dewinya Ilmu Pengetahuan”.

“Siapa beliau?. Tak lain adalah ciptaan yang munculnya bareng dengan Cahaya, Div atau Diva. Beliau itu semacam malaekat, bukan lahir dari seseorang tapi jelmaan dari Cahaya Tuhan yang abadi”. Kadang memang beliau bisa muncul terlihat. Tapi jarang dan munculnya hanya dalam Sruttt, atau mata hati manusia”.

Ki Ripto seorang Pinisepuh yang lain menyatakan, “Fenomena Kanjeng Ratu Segara Kidul itu di tiap daerah berbeda-beda. Di Parangtritis, Parang Kusuma, Serang, Sumatra, orang macam-macam nyebutnya”. Lalu siapa atau apa beliau itu? Tak lain adalah Sang Pengendali jagad air. Penguasa segala yang bersifat dari air”.

Ki Ripto juga mencoba merasionalkan fenomena tersebut dengan merupakan simbol keseimbangan antara 4 anasir alam yaitu: Banyu (Nyi Roro Kidul),  Angin (Dewa Bayu), Tanah/lemah (Antaboga), Api (Dewa Brahma) adalah 4 pengendali keseimbangan ekosistem kehidupan di jagad ini. Yang keberadaannya adalah pasti tapi sering dilupakan manusia. Dan manusia yang taupun beda-beda menyebutnya. Tergantung berapa kadar keyakinan manusia tersebut. Jadi lepas dari apapun sebutannya bahwa hidup ini butuh keseimbangan. Antara jagad gede lan jagad cilik manusia, juga butuh keseimbangan. Bahwa alam seisinya ini saling membutuhkan saling melengkapi. Maka marilah kita saling menjaga satu sama yang lain, jangan bikin kerusakan di muka bumi. Di Nusantara inilah tempat yg paling tepat komplit, untuk mengajarkan proses dewasa.Waktu dini hari menjelang subuh (Pukul 04.19 Wib) Pelukis Asli Blitar ini, menyelesaikan hasil karya imajinasi  lukisannya. (Wasis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Berbuka Bersama Dan Memberi Santunan Bagi Anak Yatim Non Panti Di Kecamatan Kepung
Next post Kirab Tumpeng Agung Nusantara 5 Merupakan Jembatan Budaya Berkesinambungan Kebesaran Bangsa